Twitter

ASKEP CA PARU

Author Angga_21 - -
Home » ASKEP CA PARU


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kanker yang juga disebut neoplasma ganas atau tumor ganas ialah suatu massa jaringan yang abnormal, yang pertumbuhannya melebihi dan tidak dikoordinasi dengan jaringan normal, dan tetap berperangai demikian walaupun rangsangan yang menimbulkan perubahan tersebut telah hilang. Pada saat ini merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti, oleh karena dengan ditegakannya diagnosis kanker pada seseorang itu berarti telah dapat diramalkan hidupnya tidak terlalu lama lagi. Pada umumnya penderita kanker berakhir dengan kematian.
Dewasa ini, masalah kanker paru dirasakan makin menonjol dibandingkan 20 tahun yang lalu, terutama di Indonesia. Menurut Union Internationale Centre Le Cancer (IUCC), insidensi dan mortalitas kanker paru meningkat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang. Di negara-negara maju, kematian akibat kanker menempati urutan pertama di antara 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kanker menempati urutan ke 7 sesudah penyakit-penyakit infeksi saluran cerna, infeksi saluran nafas, penyakit kardiovaskular dan lain-lain. Di negara-negara maju, kanker paru pada pria menempati urutan pertama sampai ke tiga dari seluruh penderita kanker. Bagaimana keadaannya di Indonsia? Ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Makin menonjolnya masalah kanker paru di Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Makin majunya ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kedokteran dengan ditemukannya alat-alat diagnostik baru; makin banyak penderita kanker paru didiagnosis.
2. Meningkatnya konsumsi rokok, di mana rokok mempunyai hubungan erat dengan timbulnya kanker paru.
3. Meningkatnya polusi di udara, sebagai akibat bertambahnya kendaraan bermotor dan berdirinya pabrik-pabrik baru.
4. Membaiknya pelayanan kesehatan, mengakibatkan bertambahnya penduduk yang berusia lanjut.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik , penatalaksanaan.
2 Mahasiswa mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru.
1.3 Manfaat Penulisan
1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Ca paru.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang penyakit paru.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Ca paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru ( underwood, patologi, 2000 ).
Ca paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Ca paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas dan merusak sel-sel atau jaringan yang normal. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar yang disebut tumor ganas. Tumor dibagi atas dua bagian yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Terjadinya sel kanker ini didahului oleh masa prakanker dimana terjadi perubahan sel-sel jaringan tersebut menjadi bentuk sel yang tidak normal akibat bermacam-macam pengaruh dari luar tubuh seperti inhalasi gas-gas karsinogenik dan asap bahan kimia hasil industri. Bila berlangsung terus menerus untuk waktu yang lama ditambah dengan adanya zat karsinogenik (zat penyebab kanker) maka sel-sel kanker akan tumbuh lebih cepat dan menyebar ke jaringan sekitarnya melalui pembuluh darah dan getah bening.
Titik tumbuh karsinoma paru berada di percabangan segmen atau subsegmen bronkus. Pada tempat pertumbuhan tumor tampak berupa nodul kecil kemudian tumbuh menjadi gumpalan dan meluas ke arah sentral atau sentripetal dan ke arah pleura. Paru merupakan tempat paling umum untuk metastatis kanker dari berbagai tempat. Penyebaran limfatik (karsinomatosa limfangitis) menyebabkan suatu perselubungan linier pada paru, biasanya disertai pembesaran kelenjar getah bening hilus.
2.2 ETIOLOGI
1.      Rokok
Rokok merupakan penyebab 85 – 90% kasus kanker paru, dimana resiko kanker paru pada perokok 30 kali lebih besar dari yang bukan perokok. Perokok pasif memiliki resiko 2 kali lipat untuk menjadi kanker paru, sedangkan perokok aktif 20 kali lipat untuk mengalami kanker paru. Resiko untuk terjadinya kanker paru berhubungan dengan dosis kumulatif  yang pada rokok digunakan isitilah ”Pack-year” atau pak per tahun dan untuk pencatatan biasanya dipakai batang per hari. Resiko untuk terjadinya kanker tipe sel besar meningkat pada perokok sedangkan beberapa adenokarsinoma tidak berhubungan dengan rokok khususnya pada wanita
Ini karena tembakau pada rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dimana 50 di antaranya dikenal sebagai karsinogen (yang berarti agen penyebab kanker) yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel paru-paru. Sebuah sel yang sudah rusak dapat menjadi kanker dalam jangka waktu tertentu.
2.      Paparan dengan gas radon
Faktor risiko kedua untuk kanker paru-paru adalah paparan gas radon. Radon adalah gas radioaktif yang terjadi secara alami di tanah di daerah tertentu, yang dapat menyebabkan kanker paru-paru jika merembes ke dalam rumah Anda.
3.      Skrining kanker paru-paru
Skrining berarti pengetesan untuk tahap awal penyakit sebelum ada gejala. Sebelum skrining untuk semua jenis kanker. Pengujian harus handal dalam menangani kanker yang ada di sana. Dan tidak boleh memberikan hasil positif palsu pada orang yang tidak memiliki kanker.
Kanker paru seringkali ditangani dengan sinar-X dada. Namun jika didiagnosis dengan cara ini, umumnya cukup lama. Peneliti sedang mencoba untuk menemukan tes skrining yang dapat membantu untuk mendiagnosa kanker paru-paru lebih cepat. Mereka melirik pada alat scan yang disebut CT Scan untuk orang-orang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.
  1. Polusi udara
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang tinggal di daerah dengan tingkat oksida nitrogen tinggi (umumnya dari mobil dan kendaraan lainnya) memiliki peningkatan risiko kanker paru-paru sebesar 30%.
2.3 PATOFISIOLOGI.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.





2.4 TANDA DAN BAHYA CA PARU

Dalam istilah medis penyebaran kanker disebabkan oleh bagian tubuh lain sebagai penderita kanker. Dalam virus yang menginfeksi awal kanker paru-paru, dapat terjadi karena pasien sering merokok atau penderita lain bisa menyebabkan infeksi dari virus kanker. Pada saat tumor ganas mulai di tempat dan penyebaran mereka sangat terbatas hanya di bagian-bagian tubuh tertentu. Pertama dimulai di paru-paru yang sel-sel kanker ganas sangat rentan di paru-paru, tetapi juga di organ lain mulai menyebar, sementara kerusakan jaringan ini juga dikenal sebagai tumor primer, tumor ini cenderung jaringan paru-paru, di mana ia tumbuh dan berkembang . Tidak peduli apa yang telah meningkatkan angka kelangsungan hidup untuk kanker paru-paru dibandingkan dengan kanker lainnya.
Sebuah kanker paru-paru adalah salah satu bentuk kanker paling berbahaya di dunia saat ini, yang dikenal dan bertanggung jawab atas lebih dari 100.000 kematian per tahun. Meskipun statistik ini mengkhawatirkan, masih banyak orang yang tidak tahu bahwa merokok tembakau, atau bahkan alasan utama untuk kasus kanker paru-paru. Di sisi lain, juga dikenal sebagai perokok pasif merokok berbahaya terutama yang berkaitan dengan Tahap 1 kanker paru-paru.
·         Tanda yang patut dicurigai sebagai kanker paru-paru:
1. Batuk yang terus menerus
2. Sakit dada yang nyeri dan dalam ketika batuk atau tertawa
3. Nafas pendek dan bengek seperti orang asma
4. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak
5. Sering mengalami infeksi yang berulang, seperti radang paru dan bronkitis
6. Suara serak/parau.
7. Ujung jari membesar dan terasa sakit
8. Berat badan menurun dan kehilangan nafsu makan
9. Pertumbuhan dada yang tidak normal pada laki-laki
10. Emosi yang tidak stabil, mood berubah-ubah, lesu, depresi




2.5 KLASIFIKASI.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a.       Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b.      Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
c.       Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi  klinis  baik  tanda maupun gejala kanker paru sangat bervariasi. Faktor-faktor seperti lokasi tumor, keterlibatan kelenjar getah bening di berbagai lokasi, dan keterlibatan berbagai organ jauh dapat mempengaruhi manifestasi klinis kanker paru. Manifestasi klinis kanker paru dapat dikategorikan menjadi
  • Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala  yang  paling  sering  adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar (bronchoalveolar cell carcinoma). Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum. Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi  karena adanya tumor bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.
  • Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal
Manifestasi  ini disebabkan oleh adanya invasi/ekstensi kanker paru ke struktur/organ sekitarnya. Sesak nafas  dan nyeri dada bisa disebabkan oleh keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial dapat  menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus atas kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan kompresi vena kava superior dari eksternal. Dengan demikian pasien tersebut akan menunjukkan suatu  sindroma vena kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan melibatkan cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner, melibatkan pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari otot-otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus laringeus rekurensyang berjalan di atas arcus aorta dan menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.
  • Manifestasi Ekstratorakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik. Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat hormon/peptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen,  confusion, atau gejala yang lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi hormon lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan karakteristik neuro-endokrin. Peptida yang disekresi berupa  adrenocorticotrophic hormone (ACTH),  antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin dan hormon paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasien-pasien kanker paru, namun hanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing finger) dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati perifer dan sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan dengan kanker paru.
  • Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan  berat  badan  >20%  dari berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya) sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering mengeluhkan penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke kelenjar adrenal, tulang, otak, dan kulit. Keterlibatan organ-organ  ini dapat menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang dapat terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi, seperti confusion, perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah bening supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru.
2.7 PATOLOGI
A.Kanker paru tipe sel kecil
Kanker paru tipe sel kecil atau small cell lung cancer (SCLC) meliputi15% dari seluruh kanker paru. SCLC ini terdiri dari beberapa subtipehistologi yaitu sel oat, sel poligonal, limfositik dan sel spindel. Lokasi yang paling sering adalah pada daerah sentral atau hilus (95%) sedangkan sisanya di daerah perifer (5%). Pasien dengan SCLC biasanya telah menunjukkan berbagai gejala dan tanda penyakit pada saat SCLC di diagnosis. Penurunan kondisi klinis yang cepat pada seseorang yang terdapat massa di daerah thorax ini dapat mengindikasikan adanya SCLC.Metastase SCLC biasanya melalui jalur peredaran darah ke otak, sumsum tulang dan hati. Effusi pleura sering terjadi pada SCLC. Sering kambuh pada tempat yang baru setelah radioterapi atau kemoterapi. SCLC dihubungkan dengan sindrom paraneoplastik seperti SIADH,Hiperkoagulasi, sindrom ACTH ektopik, sindrom myastenia danhiperkalsemia.

B.Kanker paru tipe bukan sel kecil
Kanker paru tipe bukan sel kecil atau non-small cell lung cancer (NSCLC)dibagi atas tiga variant yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma dan kanker sel besar yang dikelompokkan menjadi satu karena memiliki persamaan dalam presentasi tumor, terapi dan perjalanan alamiahnya.Karsinoma sel skuamosa merupakan 30% dari kanker paru lebih sering terjadi di perifer dan secara klinis biasanya terlokalisasi pada tempatnya dan kekambuhan setelah operasi maupun radiasi atau kemoterapi biasanya pada tempat yang sama. Karsinoma sel skuamosa ini dihubungkan dengansindrom paraneoplastik seperti hiperkalsemia dan hiperkoagulasi.
Adenokarsinoma dan kanker sel besar meliputi 60% kanker paru dimana keduanya sering berlokasi di perifer namun adenokarsinoma dapat juga terjadi di sentral. Secara klinis pasien dengan adenokarsinoma biasanya menunjukkan gambaran nodul di perifer dan biasanya telah mengalamimetastase regional. Adenokarsinoma dan kanker sel besar memiliki perjalanan penyakit dan penyebaran yang sama yaitu melalui aliran darah paling banyak ke tulang, hati dan otak. Kedua kanker ini berhubungan dengan sindrom paraneoplastik seperti hipertropik osteoartropati, hiperkoagulasi, hiperkalsemia, dan ginekomastia (kanker sel besar).







2.8 STADIUM  CA PARU
Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangan SCLC dan perkembangan NSCLC.
1.Perkembangan SCLC
  • Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitarnya.
  • Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar paru-paru tempat asalnya. Atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.
2.Perkembangan NSCLC
  • Tahap tersembunyi merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.
  • Stadium 0 merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
  • Stadium I merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
  • Stadium II merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah bening di dekatnya.
  • Stadium III merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
  • Stadium IV merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
2.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
A.Foto dada secara postero-anterior 
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps didaerah peripleura dan pembesaran mediastinum

B.Pemeriksaan CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan fotodada PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI dilakukan untuk mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang

C.Pemeriksaan Bone scaning
Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis tumor ke tulang. Zat radioaktif yang dialirkan pada pembuluh darah yang melayani tulang yang dicurigai telah mengalami metastasis akan diserap oleh sel kanker yang kemudiandi scan akan memperlihatkan gambaran berbeda dari sel normalsekitarnya.

D.Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan pemeriksan sitologi sputumterutama pada kasus tumor paru yang menginvasi saluran nafasdengan gejala batuk. Dalam pemeriksaan mikroskopis akanditemukan gambaran sel-sel kanker dalam sputum. Pemeriksaan initidak invasif

E.Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakandiagnosis kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui bronkoskopi, biopsi transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi dantorakotomi. Hasil pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipekanker. SCLC ditandai dengan gambaran yang khas dari sel kecilmirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarangatau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular. PadaSCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratinyang berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan beberapa fokus diferensiasi. Pada adenokarsinoma ditandai dengansel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dandikelilingi dengan jaringan desmoplastik di sekitarnya. Sedangkan pada karsinoma sel besar menunjukkan gambaran histologi yanganeh dan tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa dan glandular dengan diferrensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian sel berbentuk kumparan di dalamnya.

F.Pemeriksaan Serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjangdiagnosis yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-spesific enolase) dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment19).


G.Bronkoskopi
Dilakukan dengan memasukkan alat bronkoskof ke dalam bronkusuntuk melihat secara langsung tumor atau kanker pada salurannafas dan juga dapat digunakan untuk mengambil bahan biopsi
Jika kanker terdapat pada saluran nafas maka akan tampak jaringankanker yang mengisi ruang saluran nafas di antara sel normal.

H.Thorakosintesis
Dilakukan apabila kanker yang mengenai jaringan paru telahmenimbulkan efusi pleura atau suatu ruang dalam paru yang terisicairan eksudat atau transudat akibat invasi sel-sel kanker.

I.Pemeriksaan Laboratorium lainnya
Pada pemeriksaan darah lengkap dan serum penderita kanker parudapat ditemukan adanya tanda-tanda yang terkait dengan paraneoplastik sindrom dan adanya metastasis seperti : anemia,trombosis, granulositosis, sitopenia dan leukoeritroblastosis (pada pemeriksaan sumsum tulang), hiperkalsemia, hipofosfatemia,hiponatremia dan hipokalemia
2.10 PENATALAKSANAAN
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
d.      Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
e.       Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1.Pembedahan: Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a.Toraktomi eksplorasi: Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b.Pneumonektomi: Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c.Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d.Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
 e.Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f.Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris).
2.Radiasi:
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3.Kemoterafi:
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan-kelemahan yang apabila diberikan kemoterapi  dapat  terjadi  untolerable  side  efek,  sebelum  memberikan kemoterapi harus dipertimbangkan:
  1. Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status  penampilan < 2.
  2. Jumlah lekosit lebih dari 3000/ml.
  3. Jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul.
  4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb lebih dari 10 gr%.
  5. Kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam).
  6. Bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal.
  7. Elektrolit dalam batasnormal.
  8. Mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan diatas umur 70 tahun.
Status penampilan penderita ini mengambil  indikator kemampuan pasien, dimana penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi  faktor  prognostik  dan  faktor  yang  menetukan  pilihan  terapi  yang  tepat  pada pasien sesuia dengan status penampilannya.
Skala status penampilan menurut ECOG ialah:
Grade 0     :  masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari.
Grade 1     :  hambatan pada pekerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
Grade 2     :  hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan hanya bisa mengurus perawata dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain.
Grade 3     :  hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50 % waktunya untuk tiduran.
Grade 4     :  sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, hanya dikursi atau tiduran terus.
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain keadaan umum baik, skala Karnofsky diatas > 70, fungsi hati, ginjal dan homeostatik (darah) baik dan masalah finansial dapat diatasi. Syarat homeostatik yang memenuhi  syarat  ialah: HB >10  gr%, leukosit > 4000/dl, trombosit > 100000/dl.
  • Kemoterapi Ajuvan
Kemoterapi ialah segolongan obat-obatan yang dapat menghambat pertumbuhan kanker dan bahkan membunuh sel kanker. Obat-obat  anti  kanker  ini  dapat digunakan  sebagai  terapi  tunggal  (active single agent), tetapi sebagian besar berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat  mungkin  sensitif    terhadap  obat  lainnya.  Dosis  obat  sitostatik  dapat  dikurangi sehingga efek samping menurun.
  • Platinum Based
Kemoterapi merupakan pilihan  terapi  lini  pertama  pada hampir  70  sampai  80% pasien Non-small cell Lung Carcinoma (NSCLC) yang luas (stadium III) atau yang sudah bermetastase (stadium IV), yang merupakan 80 %-85%  dari kasus kanker paru. Standar lini pertama kemoterapi pada pasien dengan performance status baik (0/1) ialah platinum-based (Cisplatin  atau  Carboplatin)  yang  dikombinasikan  dengan  generasi  ketiga sitotoksik agen (gemcitabine, vinorelbine, paclitaxel, atau docetaxel).
Kemoterapi  untuk  kanker  paru minimal  berupa  regimen  yang  terdiri    dari  lebih satu  obat  anti  kanker  dan  diberikan  dengan  siklus  21  atau  28  hari setiap siklusnya. Kemoterapi untuk SCLC (small cell lung cancer) diberikan sampai enam siklus dengan Cisplatin based regimen,  yang  diberikan ialah Cisplatin dengan Etoposide, Cisplatin dengan Irinotecan  dimana pada keadaan tertentu Cisplatin dapat digantikan  dengan Karboplatin dan Irinotecan digantikan dengan Docetaxel.
Kemoterapi untuk NSCLC (non-small  cell  lung  cancer)  dapat  diberikan  enam siklus (pada kasus  tertentu dapat diberikan  lebih dari 6  siklus) dengan platinum based regimen yang diberikan sebagai terapi lini pertama adalah; Karboplatin/Cisplatin dengan Etoposide, Karboplatin/Cisplatin dengan Gemcitabin, Karboplatin/Cisplatin dengan Paklitaksel, Karboplatin/Cisplatin dengan Doksetaksel.
























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Ø  Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan kanker paru akan didapatkan sebagai berikut :
·         Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
·         Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
·         Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.
·         Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
  • Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
  • Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
  • Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
  • Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
1). Aktivitas/ istirahat.
·         Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
·         Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
·         Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi), Takikardi/ disritmia, Jari tabuh.
3). Integritas ego.
·         Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
·         Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4). Eliminasi.
·         Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
·         Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, Kesulitan menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan.
·         Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6). Nyeri/ kenyamanan.
·         Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7). Pernafasan.
·         Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industri, Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
·         Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8). Keamanan.
·         Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9). Seksualitas.
·         Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10). Penyuluhan.
·         Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk membaik.

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
b. Nyeri b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah.
c. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur alveoli.
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurangnya informasi.





3.3 Intervensi
1). Kerusakan pertukaran gas
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas
Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi
Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor
Kaji adanmya sianosis
Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari "organ" hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif
Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran
Awasi atau gambarkan seri GDA
Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi

2). Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Kriteria hasil :
- Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersiahn jalan nafas.
INTERVENSI
RASIONAL
Catat perubahan upaya dan pola bernafas
Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas
Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya
Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus
Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum
Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen
Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan
Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.

3). Nyeri
Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
- Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan
INTERVENSI
RASIONAL
Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10

Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien

Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefektifan intervensi
Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.

Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.

Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi

Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian


4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis.
Kriteria hasil :
- Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
- Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
- Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
- Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
INTERVENSI
RASIONAL
Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.

Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.
Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
Berikan pedoman untuk aktivitas.
Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.








BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas dan merusak sel-sel atau jaringan yang normal. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar yang disebut tumor ganas. Tumor dibagi atas dua bagian yaitu tumor jinak dan tumor ganas.
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering ditemukan pada  laki-laki dibanding perempuan. Cause Spesifik Death Rate  (CSDR)  kanker paru  antara negara satu dengan negara  yang lain berbeda. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan merokok di negara tersebut. Dilaporkan bahwa 90% kasus kanker paru terjadi pada usia ≥ 40  tahun. Gangguan pada gen atau proses pertumbuhan itu dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada beberapa kondisi tidak semua gangguan itu berkembang cepat namun dapat berhenti sebelum berubah menjadi ganas (tumor jinak). Status imunologi penderita yang dipantau dari celular mediated menunjukkan adanya korelasi antara derajat differensiasi sel, stadium penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Merokok merupakan faktor  risiko utama kanker paru. Pada rokok terdapat zat karsinogen dan zat pemicu timbulnya kanker. Risiko relatif terjadinya kanker paru pada perokok adalah 20 kali dibandingkan dengan non perokok.
Klasifikasi  kanker  paru  secara histologi dibagi menjadi 4 jenis untuk kebutuhan klinis, yaitu Small Cell Lung Cancer, Karsinoma Epidermoid, Adenikarsinoma, dan Karsinoma Sel Besar. Penatalaksanaan Kanker paru meliputi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.