kumpulan Askep

  • RSS
  • Skype
  • Facebook
  • Yahoo

Twitter

Defenisi
Carsinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995).
Ca mammae adalah sel mammae yang mengalami proliferasi dan diferensiasi abnormal serta tumbuh secara otonom, menyebabkan infiltrasi ke jaringan sekitar sambil merusak dan menyebar ke bagian tubuh lain.

Etiologi
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price & Wilson, 1995: 1142), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca mammae, yaitu:
•    Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan  bagi ca mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
•    Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
•    Genetik
–  Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic”  autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).
– Penelitian tentang biomolekuler  kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder, Martin, 1997).
–  mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
•    Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .
Faktor resiko Ca mammae, terdiri dari: (Murray,2002)
1.    wanita
2.    Usia (resiko Ca mammae meningkat pada wanita yang berusia > 50 tahun)
3.    mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2; mutasi pada gen tumor p 53
4.    Riwayat pribadi ca mammae/kelainan mammae pada mammae sebelahnya
5.    riwayat keluarga, ibu atau saudara perempuan kandung (+) kanker
6.    Ras ( wanita kulit putih kebih beresiko dari wanita kulit hitam)
7.    Riwayat penyinaran/roentgen pada daerah dada pada wakut anak-anak atau remaja sebagai terapi untuk karsinoma yang lain
8.    Hasil biopsi mammae
–    hyperplasia atipikal
–    penyakit proliperatif mammae tanpa sel atipikal atauhiperplasia biasa
–    perubahan  fibrokistik tanpa perubahan proliferatif
9.    Nullipara
10.    Hamil pertama sesudah usia 30 tahun
11.    Menarche dini (usia  < 12 tahun)
12.    Menopause pada usia lanjut (. 30 tahun sesudah menarche)
13.    Penggunaan terapi hormone pengganti jika progesteron diresepkan.
14.    Gaya hidup, diet tinggi lemak  dan protein, rendah serat.
Asupan kalori yang berlebihan terutama yang berasal dari lemak binatang dan kebiasaan makan makanan yang kurang serat meninggikan resiko terhadap berbagai keganasan seperti kanker mammae dan kanker colon, namun hal tersebut belum terbukti ( Syamsuhidayat,R & Wim de jong,  1997: 165 )
Studi terbaru menunjukkan hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh antara diet tinggi lemak dan Kanker  mamma  ( Smeltzer & Bare, 2002: 1590).
Smeltzer menambahkan kontrasepsi oral, alcohol, pengangkatan ovarium pada usia lebih dari 40tahun sebagai faktor resiko kanker  mammae
Tipe Kanker  mammae berdasarkan gambaran histopatologi
–    Karsinoma duktal menginflitrasi, adalah tipe histopatologi yang paling umum, merupakan 75 % dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat palpasi. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk disbanding dengan tipe kanker lainnya.
–    Karsinoma lobular menginfiltrasi, jarang terjadi, biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada mammae bila disbanding dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini umumnya multisentris, dengan demikian dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua mammae. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi  mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa, meskipun tempat metastasisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar dan otak, sementara lobular biasanya bermetastasis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat yang tidaki lazim lainnya.
–    Karsinoma modular, (6 %)  tumbuh dalam kapsul, dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga progosis seringkali lebih baik.
–    Karsinoma musinus, (3 %)  penghasil lender, juga tumbuh dengan lambat.
–    Karsinoma duktal-tubular,(2%) jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histology tidak lazim maka prognosisnya sangat baik.
–    Karsinoma inflamantori, tipe karsinoma mammae yang jarang(1-2 %) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari karsinoma mammae yang lain. Tumor ini nyeri tekan dan sangat nyeri, mammae secara abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi papilla mammae. Gejala ini dengan cepat berkembang memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari bantuan medis dibanding pasien lain dengan massa kecil pada mammae. Preparat kemotherapi berperan penting dalam pengendalian kemajuan penyakit ini disamping  radiasi dan pembedahan.
Klasifikasi penyebaran TNM
T
TX        : tumor primer tidak dapt ditentukan
TIS    : Karsinoma insitu dan penyakit Paget pada papilla tanpa teraba tumor
TO        : tidak ada bukti adanya tumor primer
T1        : tumor  < 2 cm
T2         : tumor 2-5 cm
T3        : tumor >5 cm
T4    : tumor dengaa penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan
tanda  udem, tukak, peau d’ orange
N
NX     : kelenjer regional tidak dapat ditentukan
NO    : tidak teraba kelenjer aksila
N1    : teraba kelenjer aksila homolateral yang tidak melekat
N2    : teraba kelenjer aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat
pada jaringan sekitarnya
N3    : terdapat kelenjer mamaria internal homolateral
M
MX    : tidak dapat ditentukan metastasis jauh
MO    : tidak ada metastasis jauh
M1    : terdapat metastasis jauh termasuk ke kelenjer supraklavikular
Keterangan:
Lekukan pada kulit, retraksi papilla atau perubahan lain pada kulit kecuali    yang terdapat pada T4 bisa terdapat pada T1, T2, atau T3  tanpa mengubah klasifikasi.
Dinding thorak adalah iga, otot interkostal, dan m. seratus anterior tanpa otot pektoralis.
Patofisiologi
Kanker  mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker (Maternity Nursing, 1997: 254). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
o    Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah merangasang pertumbuhan sel mammae .
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker  mammae pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko Kanker  mammae dan resiko kanker  mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
o    Virus,  Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
o    Genetik
–  Kanker  mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic”  autosomal dominan.
– Penelitian tentang biomolekuler  kanker menyatakan delesi kromosom 17     mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
–  mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
o    Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .
Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di  kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange).  Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan  paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.

Manifestasi Klinis
Tanda dini
–    Benjolan tunggal tanpa yang agak keras dengan batas kurang jelas
–    Benjolan biasanya terjadi pada mammae sebelah kiri bagian kuadran lateral atas.
–    Kelainan mammogrfi tanpa kelainan pada palpasi
Tanda lama
–    Retraksi kulit / retraksi areola
–    Retraksi atau inversi putting
–    Pengecilan mammae ( pengerutan)
–    Pembesaran mammae
–    Kemerahan
–    Edema
–    Fiksasi pada kulit atau dinding thorak
Tanda akhir
–    Tukak
–    Kelenjer supraklavikula dapat diraba
–    Metastasis tulang, paru, hati, otak, pleura/tempat lain
Stadium Klinis Kanker  mammae
Tahap I terdiri atas tumor  yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe, tidak terdeteksi adanya metastasis
Tahap II terdiri atas tumor yang lebih besar 2cm tetapi kurang dari 5 cm, dengan nodus limfe tidak terfiksasi positif atau negatif dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
Tahap III terdiri dari tumor lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan  sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding, dengan nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular dan tanpa bukti adanya metastasis jauh
Tahap IV terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe normal atau kankreosa dan adanya metastasis jauh.
Metastasis Kanker  mammae
Letak    Gejala dan tanda utama
Otak
Pleura
Paru
Hati
Tulang
–    tengkorak
–    vertebre
–    iga
–    tulang panjang    Nyeri kepala, mual muntah, epilepsi, ataksia, paresis, parastesia
Efusi, sesak nafas
Biasanya tanpa gejala
Kadang-kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruksi
Nyeri, kadang tanpa keluhan
Kempaan sumsum tulang
Nyeri, patah tulang
Nyeri, patah tulang
Deteksi dan diagnosa Ca mammae
–    Pemeriksaan mammae  sendiri
–    Riwayat medis
–    Pemeriksaan fisik: visual dan palpasi
–    Mammagrafi
–    Aspirasi ajrum halus
–    Biopsi
Efek psikologis  kanker mamae
Pentingnya waktu yang tersedia sejak terdignosanya kanker mammae hingga mendapat pengobatan merupan waktu yang rentang terhadap stress pada beberapa wanita, adapun faktor – aktor yang mempngaruhi resiko terjadi stress emosional antara lain :
•    Rasa tidak percaya diri
•    Informasi yang tidak lengkap
•    Kesulitan dalam membuat keputusan
•    Ketidaksesuaian jadwal untuk konsultasi denghan para ahli
Terapi Medis
•    Pengobatan Lokal Ca Mammae terdiri dari :
–    Bedah kuratif
Bedah kuratif didasarkan pada stadium klinis Ca mammae, karakteristik histologik tumor, pertimbagan lain seperti umur dan status kesehatan
Bedah kuratif ini terdiri dari :
a.    Bedah radikal (Halsted)
b.    Bedah radikal yang diubah (Patey)
c.    Bedah konservatif meliputi eksisi luas, diseksi aksila dan penyinaran mammae
–    Bedah paliatif
–    Radioterapi
Radioterapi pada Kanker  Mammae biasanya digunakan pada terapi kuratif dengan mempertahankan mammae dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif
•    Pengobatan sistemik Kanker  mamma
–    Kemoterapi
Merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran secara sistemik dan juga sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi diberikan pada klien yang padanya ditemukan  metastasis disebuah atau beberapa kelenjer pada pemeriksaan histology pascabedah mastektomi. Tujuannya adalah untuk menghancurkan mikrometastasis didalam tubuh
–    Terapi hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan sebelum kemoterapi, karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua Kanker  Mammae peka terhadap terapi hormonal. Terapi estrogen Bloker diresepkan apabila pada tumor tersebut reseptor esrtogennya positif, artinya pertumbuhan tumor / karsinoma distimulasi oleh estrogen. Contoh estrogen bloker adalah Tamoxifen (Nolvadex), Raloxifene (Evista)
–    Imunoterapi
Trastuzumab (Herceptin), terapi antibody monoclonal pertama yang direkomendasikan untuk karsinoma mammae. Beberapa tumor menghasilkan protein HER-2 secara berlebihan. Transtuzumab menghambat efek protein merangsang pertumbuhan sel kanker.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
CA  MAMMAE
Pengkajian
1.    Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari: adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur mis, nyeri, ansietas, berkeringat malam, pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2.    Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja
Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah
3.    Integritas ego
Gejala : faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi sters (mis, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spritual), menyangkal diagnosis , perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
4.    Eliminasi
Gejala : perubahan pola eliminasi mis : diare
Tanda  : perubahan pada bisisng usus, distensi abdomen
5.    Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet) anoreksia, mual/ muntah. Intoleransi makanan. Perubahan pada berat badan hebat, kakesia, berkurangnya masa otot
Tanda : perubahan pada kelembaban/turgor kulit: edema
6.    Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
7.    Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dengan derajat bervariasi misalnya dengan ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (tidak dihubungkan dengan proses penyakit).
8.    Pernafasan
Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan sseseorang merokok). Pemajanan abses.
9.    Keamanan
Gejala : pemajanan pada kimia, toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlebihan
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
10.    Seksualitas
Gejala : masalah seksual misalnya : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, nuli gravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini. Herpes genital.
11.    Interaksi sosial
Gejala : ketidak adekuatan/ kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasaan dirumah, dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran
Pemeriksaan Diagnostik
1.    Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi.
2.    biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
3.    Penanda tumor
4.    Mammografi
5.    sinar X dada
6.
Diagnosa keperawatan
1.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, mis; anoreksia
2.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
3.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah jaringan
4.    Ansietas  berhubungan dengan  diagnosa, pengobatan, dan prognosanya .
5.    Kurang pengetahuan tentang Kanker  mammae berhubungan dengan kurang pemajanan informasi
6.    Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi tubuh
7.    Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh, perubahan dalam citra diri
Perencanaan
Diagnosa keperawatan :
1.    Ansietas berhubungan dengan diagnosa kanker payudara,, pengobatan dan
prognosisnya.
Tujuan  : Penurunan stress emosional, ketakutan dan ansietas.
Intervensi    Rasionalisasi
●Mulai lakukan persiapan emosional paseien
dan pasangannya secepatnya setelah
diinforamsikan tentang diagnosa tentative
●Kaji pengalaman pribadi,dan pengetahuan
tentang kanker payudara, mekanisme koping
saat krisis, sistem pendukung dan perasaan
mengenai diagnosa.
●Informasikan klien tentang riset terakhir dan modalitas pengobatan terbaru mengenai kanker peyudara.
●Uraikan pengalaman  – pengalaman yang akan dialami klien dan dorong klien untuk mengajukan pertanyaan.
●Lengkapi klien dengan sumber – sumber yang tersedia untuk memfasilitasi penyembuhan.    ●Hal ini memberdayakan klien untuk mengarahkan respon koping
●Faktor-faktor yang sanghat mempengaruhi
prilaku dan kemempuan klien menghadapi
diagnosa, pembedahan, dan pengobatan tindak
lanjut. Jika klien mempunyai saudara atau teman
dekat yang meninggal akibat kanker payudara,
kemungkianan ia akan bwerespon secara berbeda
dari klien yang mempunyai teman yang selamat
dari kanker payudara dan mempunyai kualitas
hidup yang sangat baik.
●Pilihan yang meningkat dan perbaikanhasil secara statistik maupun secara kosmetiksangat mengurangi ketakutan dan meningkatkan penerimaan rencana pengobatan.
●Ketakutan dan ketidaktahuan menurun.
●Informasi tentang protestik baru, spesialisasi
rekonstuksi, dan sumber – sumber lainnya
menguatkan bahwa perhatian yang besartelah
diberikan pada meode pengobatan terbaru untuk
kanker payudara.
2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, mis; anoreksia
Tujuan : Penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai
laboratorium dan bebas tanda malnutrisi
Intervensi    Rasionalisasi
Mandiri
● Pantau masukan makanan setiap hari
● Ukur tinggi, berat badan dan kelipatan kulit
Trisep. Pastikan jumlah penurunan berat
badan saat ini. Timbang berat badan setiap
hari atau sesuai indikasi
● Dorong klien untuk dapat makan tinggi
kalori kaya nutrient, dengan masukan
cairan adekwat
● Kontrol factor-faktor lingkungan (mis; bau
tidak sedap atau kebisingan). Hindari
terlalu manis, berlemak atau makan pedas.
● Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan. Dorong pasien untuk
berbagi makanan dengan keluarga
● Dorong penggunaan teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi.
● Dorong komunikasi terbuka mengenai
masalah anoreksia
Kolaborasi
● Berikan obat-obat sesuai indikasi
● Rujuk pada ahli diet / tim pendukung nutrisi
● Mengidentifikasi kekuatan/defesiensi nutrisi
● Membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi
protein-kalori.
● Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan
begitu juga cairan ( untuk menghilangkan
produk  sisa).
● Dapat menekan respon mual / muntah
● Membuat waktu makan lebih menyenangkan,
yang dapat meningkatkan masukan.
● Dapat mencegah awitan atau menurunkan
beratnya mual, anoreksia, dan memungkinkan
pasien meningkatkan masukan oral.
●Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya
untuk orang terdekat yang menginginkan untuk
member makan pasien dengan sering. Bila
pasien menolak, orang terdekat dapat merasakan
ditolak/frustasi
● Mempercepat proses penyembuhan.
● Memberikan rencana diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan
masalah berkenaan dengan malnutrisi
3.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
Tujuan : Klien dapat mengekspresikan penurunan nyeri / rasa ketidak nyamanan
Intervensi    Rasionalisasi
● Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
lamanya, intensitas (skala 0 – 10 )
perhatikan petunjuk verbal dan non verbal
● Diskusikan sensasi masih adanya payudara
Normal
● Bantu pasien menemukan posisi nyaman
●Berrikan tindakan kenyamanan dasar
(contoh ; perubahan posisi pada punggung
atau sisi yang tak sakit, pijatan punggung)
dan aktifasi terapeutik. Dorong ambulasi
dini dan penggunaan teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi, sentuhan terapeutik
● Tekan / sokong dada saat latihan batuk/
nafas dalam.
● Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal
teratur sebelum nyeri berat dan sebelum
aktivitas di jadwalkan.
● Membantu dalam mengidentifikasi derajat
ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk /
keefektifan analgesic.
● Memberikan keyakinan bahwa sensasi bukan
imajinasi dan penghilangannya dapat dilakukan
● Peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya
drain mempengaruhi kemampuan psien untuk
rileks dan tidur / istirahat secara efektif
● Meningkatkan relaksasi, membantu untuk
memfokuskan perhatian, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
● Memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa
timbul ketidak nyamanan.
● Mempertahankan tingkat kenyamanan dan memungkinkan pasien untuk latihan lengan dan untuk ambulasi tanpa nyeri yang menyertai upaya tersebut
IMPLEMENTASI
Setelah perawat melakukan pengkajian, penentuan diagnosa dan penyusunan intervensi perawat bisa langsung melaksanakan intervensi yang disusunnya dan didokumentasikan
EVALUASI
Untuk mengetahui apakah tujuan dan kriteria hasil yang kita inginkan sudah tercapai sehingga masalah yang ada dapat diatasi, dan menilai apakah implementasi yang kita lakukan sudah ideal, atau perlu menuju tahap lanjut.



           
BAB I
PENDAHULUAN
  Hasil gambar untuk abortus
1.1    Latar Belakang 
Di seluruh dunia pelaksanaan gugur kandungan masih banyak di kerjakan oleh dukun (75 %-80%)sehingga komlikasinya sangat membahayakan jiwa sampai kematian yang di sebabkan oleh pendarahan dan infeksi.pelaksanaan gugur kandungan oleh dukun tampa jaminan sterilitas dan pengetahuan anatomi alat kelamin wanita sehingga dapat menimbulkan bahaya,kematian karna gugur kandungan oleh dukun di perkirakan terjadi antara 200.000-350.000 setiap tahunnya di seluruh dunia.
Pada tahun 2000 di indonesia di perkirakan sekitar dua juta aborsi terjadi. Salah satu alasan yang sering di ungkapkan oleh perempuan yang mengupayakan aborsi adalah bahwa mereka sudah mencapai jumlah anak yang di inginkan (Sedqh G. Dan Ball H. 2008).
Frekuensi kehamilan yang tidak di inginkan yang tinggi itu di pastikan akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan abortus. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), diseluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi. Setiap tahun, sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh pkehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 persen di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90 persen dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang jumlah dan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan profesionalnya masih relatif kecil dan tidak merata (Ericca,1997).
Knight menyatakan bahwa abortus buatan terjadi kira-kira 40% dari seluruh abortus  meskipun angka tersebut sebenarnya bervariasi (Budiyanto dkk,1997).
Hasil gambar untuk abortus

1.2     Rumusan Masalah

a.         Apa yang dimaksud dengan kehamilan?
b.         Apa yang dimaksud dengan abortus?
c.         Bagaimana klasifikasi abortus?
d.         Bagaimana manifestasi klinik abortus?
e.         Bagaimana etiologi abortus?
f.          Bagaimana patofisiologi abortus?
g.         Bagaimana prognosis abortus?
h.         Bagaimana Pemeriksaan pennunjang abortus?
i.          Bagaimana Penanganan medis abortus?
j.          Bagaimana penatalaksanaan abortus?
k.         Bagaimana konsep asuhan keperawatan abortus?

1.3    Tujuan
1. tujuan umum
            Untuk mengetahui penyebab terjadinya abortus spontan

2. tujuan khusus
·         untuk mengetahui konsep kehamilan
·         untuk mengetahui konsep abortus
·         untuk mengetahui klasifikasi abortus
·         untuk mengetahui manifestasi klinik
·         untuk mengetahui patofisiologi abortus
·         untuk mengetahui  prognosis abortus
·         untuk mengetahui pemeriksaan penunjang abortus
·         untuk mengetahui penanganan medis
·         untuk mengetahui penatalaksanaan abortus   
·         untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan abortus





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja”dan“abortusspontan”.
            Kehamilan normal meru
pakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)
a.      Proses Terjadinya Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalm air main terdapat spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor yang dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila pada saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang akan berkembang menjadi janin atau fetus. (Sastrawinata, 1983)

b.       Usia Kehamilan
            Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 – 12 minggu
b. Trimester II antara 12 – 28 minggu
c. Trimester III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998)

c.       Gejala dan Tanda Kehamilan
 a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan
 
     Tanda dan gejala meliputi :
            1) Amenorea ( tidak dapat haid )
            2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
            3) Mengidam
            4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
            5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
            6) Sering berkemih
            7) Obstipasi ( susah buang air besar )
            8) Pigmentasi pada kulit terdapat pada:
            9) Epulis
            10) Varises
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
 
           Tanda-tandanya antara lain:
1.perut membesar sesuai dengan tuannya kehamilan,perubahan terjadi dalam bentuk besar dan konsistensi perut juga mengalami perubahan.
2.Tanda hegar ( segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah istmus uteri, bagian ini menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan pemeriksaan dalam pada fornix posterior seperti saling bersentuhan.
3.Tanda Chadwicks merupakan warna kebiruan pada vagina yang terjadi karena pelebaran pembuluh darah.
4.Tanda Piskacek ( uterus besar dan lunak ), merupakan pembesaran fundus uteri yang tidak rata karena daerah implantasi janin akan tumbuh lebih cepat.
5.Kontraksi Braxton-hicks, keadaan dimana corpus uteri menjadi lebih keras.
6.Teraba ballotemen.
7.Pemeriksaan tes kehamilan positif.

d.       Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada Saat Kehamilan
Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh wanita, perubahan tersebut terjadi karena respon tubuh terhadap kehamilan dimana organ-organ tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas dan fungsi serta sebagai pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi sebagai tanda adanya sebuah proses.
Perubahan tersebut meliputi :
a.Perubahan uterus
            Uterus akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon tersebut pada akhir kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan keempat akan berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, 2005)
b.Serviks uteri
            Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena peningkatan hormon estrogen. Serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat dan banyak mengandung kolagen, jaringan otot hanya 10 %. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks uteri menjadi lebih lunak. (Winkjosastro, 2005)
c.Vagina dan vulva
            Pada vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormon estrogen . Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan ( livide ), tanda ini disebut juga tanda Chadwick. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat. (Winkjosastro, 2005)
d.Payudara ( mamae)
            Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada payudara. Disamping itu, dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. (Winkjosastro, 2005)
e. Sirkulasi darah ibu
            Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu. (Winkjosastro, 2005)
f. Sistem respirasi ( pernafasan)
            Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas pendek yang ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal ini disebabkan karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma tertekan dan kurang leluasa bergerak. Kebutuhan akan oksigen pada wanita hamil meningkat ± 20 % sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam. (Winkjosastro, 2005)
g. Traktus digestivus ( pencernaan )
            Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa enek (nausea). Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada diusus. (Winkjosastro, 2005)
h. Traktus urinarius ( perkemihan )
            Pada bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering buang air kecil, hal ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi karena kandung kemih mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah pintu panggul. (Winkjosastro, 2005)

i. Kulit
            Kulit mengalami hiperpigmentasi yang biasa terdapat pada dahi, hidung yang dikenal sebagai kloasma gravidarum. Pada areola mammae, linea alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkata melanophore stimulating hormon (MSH). (Winkjosastro, 2005)

j. Berat badan bertambah
            Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira antara 6,5 kg – 16,5 kg atau rata-rata 12,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 1,5 kg per minggu. (Winkjosastro, 2005)

2.2 Anatomi dan Fisiologi
Description: G:\Gambar-Organ-Reproduksi-Wanita.jpg
Alat kelamin luar (genetalia eksterna) 

a)      Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b)     Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.

c)      Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d)     Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora adalah vestibulum.
e)      Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f)       Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
g)      Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.

2)      Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a)      Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b)     Uterus
 2 cm. Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :± 5 cm, tebal ±Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar
(1)   Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
(2)   Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
(3)   Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.

Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
(1)   Endometrium
(2)   Myometrium
(3)   Parametrium
c)      Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d)     Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).




2.3.Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1.Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
Ø  Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
Ø  Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Ø   Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alcohol.
2.Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3.Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4.Factor eksternal,seperti radiasi dan obat-obatan
5.      Factor janin
6.      Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

2.4 Manifetasi Klinis
1.       Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2.      Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3.      Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4.      Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
5.      Pemeriksaan ginekologi :
a.Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

2.5 Patofisiologi
                   Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin













2.6 PATOFLOW
Kelainan pertumbuhan           kelainan pada plasenta                      factor eksternal
Hasil konsepsi                        endoeteritis vili korialis                         obat-obatan
Kelainan kromosom               hipertensi menahun                                         
Kromosom trisomi autosom                                                               
 ABORTUS
 
Monosori X                                                                            
                                                   
                                                           
Perdarahan                                penurunan sirkulasi                kerusakan                  
Kekurangan cairan tubuh         terjadi kelelahan                     jaringan intrauteri                        
DEVISIT VOLUME CAIRAN
 
                                                  butuh bantuan                             nyeri
GANGGUAN RASA NYAMAN
 
                                                  Perawat/keluarga                            
GANGGUAN AKTIVITAS
 
                                                                                      
Tindakan kuretasi                                                                               
Menyangsang BPH                                 Kondisi vulva lembab
        Afferen                                                   perdarahan     
Medula spinalis                                   terlambat tindakan pada pasien
       Thalamus                                      alat yang digunakan tidak steril
INFEKSI RESIKO TINGGI
 
Kortek serebri                                                            
        Efferen
NYERI
 
        





2.7 Pemeriksaan Penunjang
a.         Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
b.       Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c.        Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2.8 Penanganan Medis
1.    Abortus iminens
·         istrahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkuang.
·         Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
·          Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
·         Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg.
·         Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
·         Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.    Abortus insipiens
·         bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
·         Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
·         Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infokus oksitosin 0,5 mg intramuscular 5 % 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai abortus komplit.
·         Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
3.    Abortus inkomplit
·         bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
·         Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
·         Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
·         Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
4.    Abortus komplit
·         bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
·         Bila pasein anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
·         Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
·         Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
            Missed abortion
·         bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret taam.
·         Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering arau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
·         Pada kehamlan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakuka dilatasi serviks dengan dilatator hegar. Kemudian hasil kosepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
·         Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse oksitosin 10 IU dalam deksrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai ada kontaksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
·         Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

6.      Abortus septic
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.
Penanggulangan infeksi
a.    Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuscular iap 12 jam ditambah kloamfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
b.    Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metrodinazol 500 mg taip 6 jam.
c.    Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloroamfenikol, penisilin dan gentamisin.
·       Tingkatkan asupan cairan
·        Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah
·       Dalam 24 jam sampai 28 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bla terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

2.9 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun dengan mengarahkan ke pencapaian tujuan dan semua tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

2.10 Penatalaksanaan aborsi
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :
1.    Abortus Iminens
Penatalaksanaan
a.       Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
b.      Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas
c.       Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d.      Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
e.       Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f.       Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.      Abortus Insipiens
Penatalaksanaan :
a.       Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
b.      Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
c.       Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
3.      Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan :
a.       Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
b.      Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular
c.       Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d.      Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
4.      Abortus Komplit
Penatalaksanaan :
a.       Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
b.      Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
c.       Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d.      Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5.      Abortus Abortion
Penatalaksaan :
a.       Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
b.      Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
c.       Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d.      Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
e.       Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6.      Abortus Septik
a.       Penanggulangan infeksi :
Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
b.      Tingkatkan asupan cairan
c.       Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
d.      Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
a.        Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
b.       Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
c.       Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
d.      Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
e.       Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
f.       Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
g.      Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
h.      Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
i.        Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas



BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian
Adapun hal hal yang perlu di kaji adalah :
1. Identitas pasien
2. Riwyat kesehatan
Ø    Keluhan utama:
Ø    kaji adanya menstruasi tidak lancer dan adanya pendarahan pervagina   berulang 
Ø  Riwayat kesehatan:
·         Riwayat kesehatan sekarang yaitu
Ø  keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau  pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
·         Riwayat kesehatan masa lalu
Ø  keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau  pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

·         Riwayat penyakit yang pernah dialami:
·         Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
·         Riwayat kesehatan keluarga:
·         Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
·         Riwayat kesehatan reproduksi:
Ø  Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
·         Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Ø  Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
·         Riwayat pemakaian obat:
Ø  Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
·         Pola aktivitas sehari-hari:
Ø  Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

3.     Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
Ø  pemeriksaan umum
o   Keadaan umum tampak lemah
o   kesadaran menurun,
o   Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
o   tanda-tanda vital :
Ø    tekanan darah normal atau menurun,
Ø    denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
Ø    suhu badan normal atau meningkat.

Ø  Pemeriksaan fisik
Ø  Inspeksi:
o   mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Ø  Palpasi :
o   Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
o   Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
o   Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
o   Pemeriksaan abdomen
o   Abdomen lunak,uterus dapat teraba dan nyeri tekan yang hebat pada abdomen,menunjukan iritasi peritoneum karena infeksi atau pendarahan intra abdomen.
Ø  Auskultasi:
Ø  Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
Ø  Pemeriksaan laboratorium:
o   Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
o   Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi,
o   dan menggunakan KB jenis apa

32 Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

3.3 Intervensi

1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
    Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output       baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi
Rasional
1.kaji kondisi kasus hemodinamika


2. Ukur pengeluaran harian


Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi

Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal


2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
    Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan klien
 untuk beraktivitas



2.  Kaji pengaruh aktivitas terhadap
 kondisi uterus/kandungan


3. Bantu klien untuk memenuhi
 kebutuhan aktivitas sehari-hari  
Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk

Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi

Mengistiratkan klilen secara optimal

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
    Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Intervensi
Rasional
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami
 Klien



2. Terangkan nyeri yang diderita klien
 dan penyebabnya

3. Kolaborasi pemberian analgetika

Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi kolaborasi pemberian analgetika

Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik



4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
    Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Intervensi
Rasional
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau



2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
3. Lakukan perawatan vulva
Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar

Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan ineksi.
















DAFTAR PUSTAKA

Monsjoer,arif.2001.kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.jakarta:media aesculapius.
Prawirohardjo,sarwono.2008.ilmu kebidanan edisi keempat.jakarta:PT.bina pustaka
Prawirohardjo,sarwono.2007.ilmu kebidanan edisi ketiga.jakarta:PT.bina pustaka
Wiknjosastro,hanifa.2005.ilmu kandungan edisi 2.jakarta.yayasan bina pustaka. Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika Wiknjosastro,hanifa dkk.2006.pelayan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
 Hidayat, Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogyakarta:Nuha Medika
















LAPORAN PENDAHULUAN “ ABORTUS “
DI RUANG POLI KEBIDANAN
RSUD KAYU AGUNG
2014
Description: D:\Tye Fhoto's\Tye\binhus.jpg

Disusun Oleh :
MULYADI
Pembimbing Ruangan
Muherli, SKM
Pembimbing Klinik
ROMZA S.KEP
Pembimbing Akademik
Ns. Supratman, S.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2014



 



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wa barakatuh
Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat dan hidayah-Nya kita diberikan nikmat dan kesehatan hingga saat ini. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ABORTUS”. Dalam penulisan dan penyusunan kata-kata dalam tugas ini mungkin masih banyak kekurangan, untuk itu penulis laporan mengharapkan kritik dan saran. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat,
1.      Bapak Muherly SKM selaku pembimbing kepala ruangan Instalasi rawat jalan RSUD Kayu Agung
2.      Ibu Romza, S.Kep.selaku pembimbing klinik RSUD Kayu Agung
3.      Bapak Ns.Supratman,S.Kep. Selaku pembimbing Akademik STIK Bina Husada Palembang.
Demikianlah laporan ini saya buat kalau ada kesalahan saya minta maaf.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wa barakatuh




Kayu Agung ,         23                    April 2014


Penyusun





Text Box: i

 



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ ... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... ... 1
            1.1 Latar balakang......................................................................... ... 1
            1.2 Rumusan masalah.................................................................... ... 2
            1.3 Tujuan...................................................................................... ... 2
                  1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 2
                  1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ ... 3
            2.1 Definisi.................................................................................... ... 3
            2.2 Anatomi fisiologi..................................................................... ... 6
            2.3 Etiologi.................................................................................... ... 9
            2.4 Manifestasi klinis..................................................................... ... 9
            2.5 Patofisiologi............................................................................. ... 10
            2.6 Patoflow....................................................................................... 11       
            2.7 Pemeriksaaan penunjang.......................................................... ... 12
            2.8 Penanganan medis................................................................... ... 12
            2.9 Pelaksanaan asuhan keperawatan............................................ ... 14
            2.10 Penatalaksanaan aborsi.......................................................... ... 14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAAN TEORITIS........ ... 17
            3.1 Pengkajian................................................................................ ... 17
            3.2 Diagnosa.................................................................................. ... 19
            3.3 Intervensi................................................................................. ... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22



Text Box: ii