Twitter

Archive for July 2014



           
BAB I
PENDAHULUAN
  Hasil gambar untuk abortus
1.1    Latar Belakang 
Di seluruh dunia pelaksanaan gugur kandungan masih banyak di kerjakan oleh dukun (75 %-80%)sehingga komlikasinya sangat membahayakan jiwa sampai kematian yang di sebabkan oleh pendarahan dan infeksi.pelaksanaan gugur kandungan oleh dukun tampa jaminan sterilitas dan pengetahuan anatomi alat kelamin wanita sehingga dapat menimbulkan bahaya,kematian karna gugur kandungan oleh dukun di perkirakan terjadi antara 200.000-350.000 setiap tahunnya di seluruh dunia.
Pada tahun 2000 di indonesia di perkirakan sekitar dua juta aborsi terjadi. Salah satu alasan yang sering di ungkapkan oleh perempuan yang mengupayakan aborsi adalah bahwa mereka sudah mencapai jumlah anak yang di inginkan (Sedqh G. Dan Ball H. 2008).
Frekuensi kehamilan yang tidak di inginkan yang tinggi itu di pastikan akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan abortus. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), diseluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi. Setiap tahun, sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh pkehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 persen di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90 persen dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang jumlah dan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan profesionalnya masih relatif kecil dan tidak merata (Ericca,1997).
Knight menyatakan bahwa abortus buatan terjadi kira-kira 40% dari seluruh abortus  meskipun angka tersebut sebenarnya bervariasi (Budiyanto dkk,1997).
Hasil gambar untuk abortus

1.2     Rumusan Masalah

a.         Apa yang dimaksud dengan kehamilan?
b.         Apa yang dimaksud dengan abortus?
c.         Bagaimana klasifikasi abortus?
d.         Bagaimana manifestasi klinik abortus?
e.         Bagaimana etiologi abortus?
f.          Bagaimana patofisiologi abortus?
g.         Bagaimana prognosis abortus?
h.         Bagaimana Pemeriksaan pennunjang abortus?
i.          Bagaimana Penanganan medis abortus?
j.          Bagaimana penatalaksanaan abortus?
k.         Bagaimana konsep asuhan keperawatan abortus?

1.3    Tujuan
1. tujuan umum
            Untuk mengetahui penyebab terjadinya abortus spontan

2. tujuan khusus
·         untuk mengetahui konsep kehamilan
·         untuk mengetahui konsep abortus
·         untuk mengetahui klasifikasi abortus
·         untuk mengetahui manifestasi klinik
·         untuk mengetahui patofisiologi abortus
·         untuk mengetahui  prognosis abortus
·         untuk mengetahui pemeriksaan penunjang abortus
·         untuk mengetahui penanganan medis
·         untuk mengetahui penatalaksanaan abortus   
·         untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan abortus





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja”dan“abortusspontan”.
            Kehamilan normal meru
pakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)
a.      Proses Terjadinya Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalm air main terdapat spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor yang dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila pada saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang akan berkembang menjadi janin atau fetus. (Sastrawinata, 1983)

b.       Usia Kehamilan
            Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 – 12 minggu
b. Trimester II antara 12 – 28 minggu
c. Trimester III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998)

c.       Gejala dan Tanda Kehamilan
 a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan
 
     Tanda dan gejala meliputi :
            1) Amenorea ( tidak dapat haid )
            2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
            3) Mengidam
            4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
            5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
            6) Sering berkemih
            7) Obstipasi ( susah buang air besar )
            8) Pigmentasi pada kulit terdapat pada:
            9) Epulis
            10) Varises
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
 
           Tanda-tandanya antara lain:
1.perut membesar sesuai dengan tuannya kehamilan,perubahan terjadi dalam bentuk besar dan konsistensi perut juga mengalami perubahan.
2.Tanda hegar ( segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah istmus uteri, bagian ini menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan pemeriksaan dalam pada fornix posterior seperti saling bersentuhan.
3.Tanda Chadwicks merupakan warna kebiruan pada vagina yang terjadi karena pelebaran pembuluh darah.
4.Tanda Piskacek ( uterus besar dan lunak ), merupakan pembesaran fundus uteri yang tidak rata karena daerah implantasi janin akan tumbuh lebih cepat.
5.Kontraksi Braxton-hicks, keadaan dimana corpus uteri menjadi lebih keras.
6.Teraba ballotemen.
7.Pemeriksaan tes kehamilan positif.

d.       Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada Saat Kehamilan
Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh wanita, perubahan tersebut terjadi karena respon tubuh terhadap kehamilan dimana organ-organ tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas dan fungsi serta sebagai pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi sebagai tanda adanya sebuah proses.
Perubahan tersebut meliputi :
a.Perubahan uterus
            Uterus akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon tersebut pada akhir kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan keempat akan berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, 2005)
b.Serviks uteri
            Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena peningkatan hormon estrogen. Serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat dan banyak mengandung kolagen, jaringan otot hanya 10 %. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks uteri menjadi lebih lunak. (Winkjosastro, 2005)
c.Vagina dan vulva
            Pada vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormon estrogen . Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan ( livide ), tanda ini disebut juga tanda Chadwick. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat. (Winkjosastro, 2005)
d.Payudara ( mamae)
            Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada payudara. Disamping itu, dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. (Winkjosastro, 2005)
e. Sirkulasi darah ibu
            Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu. (Winkjosastro, 2005)
f. Sistem respirasi ( pernafasan)
            Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas pendek yang ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal ini disebabkan karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma tertekan dan kurang leluasa bergerak. Kebutuhan akan oksigen pada wanita hamil meningkat ± 20 % sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam. (Winkjosastro, 2005)
g. Traktus digestivus ( pencernaan )
            Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa enek (nausea). Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada diusus. (Winkjosastro, 2005)
h. Traktus urinarius ( perkemihan )
            Pada bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering buang air kecil, hal ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi karena kandung kemih mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah pintu panggul. (Winkjosastro, 2005)

i. Kulit
            Kulit mengalami hiperpigmentasi yang biasa terdapat pada dahi, hidung yang dikenal sebagai kloasma gravidarum. Pada areola mammae, linea alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkata melanophore stimulating hormon (MSH). (Winkjosastro, 2005)

j. Berat badan bertambah
            Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira antara 6,5 kg – 16,5 kg atau rata-rata 12,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 1,5 kg per minggu. (Winkjosastro, 2005)

2.2 Anatomi dan Fisiologi
Description: G:\Gambar-Organ-Reproduksi-Wanita.jpg
Alat kelamin luar (genetalia eksterna) 

a)      Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b)     Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.

c)      Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d)     Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora adalah vestibulum.
e)      Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f)       Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
g)      Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.

2)      Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a)      Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b)     Uterus
 2 cm. Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :± 5 cm, tebal ±Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar
(1)   Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
(2)   Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
(3)   Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.

Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
(1)   Endometrium
(2)   Myometrium
(3)   Parametrium
c)      Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d)     Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).




2.3.Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1.Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
Ø  Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
Ø  Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Ø   Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alcohol.
2.Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3.Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4.Factor eksternal,seperti radiasi dan obat-obatan
5.      Factor janin
6.      Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

2.4 Manifetasi Klinis
1.       Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2.      Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3.      Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4.      Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
5.      Pemeriksaan ginekologi :
a.Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

2.5 Patofisiologi
                   Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin













2.6 PATOFLOW
Kelainan pertumbuhan           kelainan pada plasenta                      factor eksternal
Hasil konsepsi                        endoeteritis vili korialis                         obat-obatan
Kelainan kromosom               hipertensi menahun                                         
Kromosom trisomi autosom                                                               
 ABORTUS
 
Monosori X                                                                            
                                                   
                                                           
Perdarahan                                penurunan sirkulasi                kerusakan                  
Kekurangan cairan tubuh         terjadi kelelahan                     jaringan intrauteri                        
DEVISIT VOLUME CAIRAN
 
                                                  butuh bantuan                             nyeri
GANGGUAN RASA NYAMAN
 
                                                  Perawat/keluarga                            
GANGGUAN AKTIVITAS
 
                                                                                      
Tindakan kuretasi                                                                               
Menyangsang BPH                                 Kondisi vulva lembab
        Afferen                                                   perdarahan     
Medula spinalis                                   terlambat tindakan pada pasien
       Thalamus                                      alat yang digunakan tidak steril
INFEKSI RESIKO TINGGI
 
Kortek serebri                                                            
        Efferen
NYERI
 
        





2.7 Pemeriksaan Penunjang
a.         Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
b.       Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c.        Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2.8 Penanganan Medis
1.    Abortus iminens
·         istrahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkuang.
·         Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
·          Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
·         Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg.
·         Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
·         Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.    Abortus insipiens
·         bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
·         Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
·         Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infokus oksitosin 0,5 mg intramuscular 5 % 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai abortus komplit.
·         Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
3.    Abortus inkomplit
·         bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
·         Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
·         Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
·         Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
4.    Abortus komplit
·         bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
·         Bila pasein anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
·         Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
·         Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
            Missed abortion
·         bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret taam.
·         Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering arau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
·         Pada kehamlan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakuka dilatasi serviks dengan dilatator hegar. Kemudian hasil kosepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
·         Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse oksitosin 10 IU dalam deksrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai ada kontaksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
·         Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

6.      Abortus septic
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.
Penanggulangan infeksi
a.    Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuscular iap 12 jam ditambah kloamfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
b.    Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metrodinazol 500 mg taip 6 jam.
c.    Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloroamfenikol, penisilin dan gentamisin.
·       Tingkatkan asupan cairan
·        Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah
·       Dalam 24 jam sampai 28 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bla terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

2.9 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun dengan mengarahkan ke pencapaian tujuan dan semua tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

2.10 Penatalaksanaan aborsi
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :
1.    Abortus Iminens
Penatalaksanaan
a.       Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
b.      Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas
c.       Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d.      Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
e.       Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f.       Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.      Abortus Insipiens
Penatalaksanaan :
a.       Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
b.      Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
c.       Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
3.      Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan :
a.       Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
b.      Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular
c.       Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d.      Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
4.      Abortus Komplit
Penatalaksanaan :
a.       Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
b.      Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
c.       Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d.      Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5.      Abortus Abortion
Penatalaksaan :
a.       Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
b.      Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
c.       Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d.      Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
e.       Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6.      Abortus Septik
a.       Penanggulangan infeksi :
Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
b.      Tingkatkan asupan cairan
c.       Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
d.      Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
a.        Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
b.       Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
c.       Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
d.      Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
e.       Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
f.       Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
g.      Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
h.      Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
i.        Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas



BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian
Adapun hal hal yang perlu di kaji adalah :
1. Identitas pasien
2. Riwyat kesehatan
Ø    Keluhan utama:
Ø    kaji adanya menstruasi tidak lancer dan adanya pendarahan pervagina   berulang 
Ø  Riwayat kesehatan:
·         Riwayat kesehatan sekarang yaitu
Ø  keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau  pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
·         Riwayat kesehatan masa lalu
Ø  keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau  pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

·         Riwayat penyakit yang pernah dialami:
·         Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
·         Riwayat kesehatan keluarga:
·         Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
·         Riwayat kesehatan reproduksi:
Ø  Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
·         Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Ø  Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
·         Riwayat pemakaian obat:
Ø  Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
·         Pola aktivitas sehari-hari:
Ø  Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

3.     Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
Ø  pemeriksaan umum
o   Keadaan umum tampak lemah
o   kesadaran menurun,
o   Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
o   tanda-tanda vital :
Ø    tekanan darah normal atau menurun,
Ø    denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
Ø    suhu badan normal atau meningkat.

Ø  Pemeriksaan fisik
Ø  Inspeksi:
o   mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Ø  Palpasi :
o   Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
o   Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
o   Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
o   Pemeriksaan abdomen
o   Abdomen lunak,uterus dapat teraba dan nyeri tekan yang hebat pada abdomen,menunjukan iritasi peritoneum karena infeksi atau pendarahan intra abdomen.
Ø  Auskultasi:
Ø  Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
Ø  Pemeriksaan laboratorium:
o   Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
o   Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi,
o   dan menggunakan KB jenis apa

32 Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

3.3 Intervensi

1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
    Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output       baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi
Rasional
1.kaji kondisi kasus hemodinamika


2. Ukur pengeluaran harian


Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi

Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal


2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
    Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan klien
 untuk beraktivitas



2.  Kaji pengaruh aktivitas terhadap
 kondisi uterus/kandungan


3. Bantu klien untuk memenuhi
 kebutuhan aktivitas sehari-hari  
Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk

Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi

Mengistiratkan klilen secara optimal

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
    Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Intervensi
Rasional
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami
 Klien



2. Terangkan nyeri yang diderita klien
 dan penyebabnya

3. Kolaborasi pemberian analgetika

Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi kolaborasi pemberian analgetika

Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik



4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
    Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Intervensi
Rasional
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau



2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
3. Lakukan perawatan vulva
Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar

Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan ineksi.
















DAFTAR PUSTAKA

Monsjoer,arif.2001.kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.jakarta:media aesculapius.
Prawirohardjo,sarwono.2008.ilmu kebidanan edisi keempat.jakarta:PT.bina pustaka
Prawirohardjo,sarwono.2007.ilmu kebidanan edisi ketiga.jakarta:PT.bina pustaka
Wiknjosastro,hanifa.2005.ilmu kandungan edisi 2.jakarta.yayasan bina pustaka. Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika Wiknjosastro,hanifa dkk.2006.pelayan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
 Hidayat, Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogyakarta:Nuha Medika
















LAPORAN PENDAHULUAN “ ABORTUS “
DI RUANG POLI KEBIDANAN
RSUD KAYU AGUNG
2014
Description: D:\Tye Fhoto's\Tye\binhus.jpg

Disusun Oleh :
MULYADI
Pembimbing Ruangan
Muherli, SKM
Pembimbing Klinik
ROMZA S.KEP
Pembimbing Akademik
Ns. Supratman, S.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2014



 



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wa barakatuh
Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat dan hidayah-Nya kita diberikan nikmat dan kesehatan hingga saat ini. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ABORTUS”. Dalam penulisan dan penyusunan kata-kata dalam tugas ini mungkin masih banyak kekurangan, untuk itu penulis laporan mengharapkan kritik dan saran. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat,
1.      Bapak Muherly SKM selaku pembimbing kepala ruangan Instalasi rawat jalan RSUD Kayu Agung
2.      Ibu Romza, S.Kep.selaku pembimbing klinik RSUD Kayu Agung
3.      Bapak Ns.Supratman,S.Kep. Selaku pembimbing Akademik STIK Bina Husada Palembang.
Demikianlah laporan ini saya buat kalau ada kesalahan saya minta maaf.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wa barakatuh




Kayu Agung ,         23                    April 2014


Penyusun





Text Box: i

 



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ ... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... ... 1
            1.1 Latar balakang......................................................................... ... 1
            1.2 Rumusan masalah.................................................................... ... 2
            1.3 Tujuan...................................................................................... ... 2
                  1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 2
                  1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ ... 3
            2.1 Definisi.................................................................................... ... 3
            2.2 Anatomi fisiologi..................................................................... ... 6
            2.3 Etiologi.................................................................................... ... 9
            2.4 Manifestasi klinis..................................................................... ... 9
            2.5 Patofisiologi............................................................................. ... 10
            2.6 Patoflow....................................................................................... 11       
            2.7 Pemeriksaaan penunjang.......................................................... ... 12
            2.8 Penanganan medis................................................................... ... 12
            2.9 Pelaksanaan asuhan keperawatan............................................ ... 14
            2.10 Penatalaksanaan aborsi.......................................................... ... 14
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAAN TEORITIS........ ... 17
            3.1 Pengkajian................................................................................ ... 17
            3.2 Diagnosa.................................................................................. ... 19
            3.3 Intervensi................................................................................. ... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22



Text Box: ii