Twitter

Archive for July 2013


 

A. Pengkajian
  1. Riwayat keperawatan

    • Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
    • Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
    • Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.

  2. Pemeriksaan fisikArea sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.

  3. Riwayat psikososialPasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

  4. Pemeriksaan diagnostikHasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.


B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul

  1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

  2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.

  3. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.

  4. Kurang pengetahuan tentang program pengobatan.


C. Intervensi Keperawatan

Peradaan Nyeri : Bagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.

Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya Status neurovaskuler ektremitas yang terkena harus terpantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesic yang diresepkan cukup berguna.

Perbaikan Mobilitas Fisik : Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran stress pada tulang. Pasien harus memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.

Mengontrol Proses Infeksi : Perawat memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.

Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk menyakinkan adanya peredaran darah yang memadai (penghisapan luka untuk mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliaran balik vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-grafit), untuk mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.

Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangasang penyembuhan.

Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah : Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.

Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu, penggantian balutan secara stesil dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.

Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.



Dalam pengkajian ditanyakan kapan inkontinensia urine mulai muncul dan hal-hal yang berhubungan dengan gejala inkontinensia : Pengertian
  • Berapa kali inkontinensia terjadi ?
  • Apakah ada kemerahan, lecet, bengkak pada daerah perineal ?
  • Apakah klien mengalami obesitas ?
  • Apakah urine menetes diantara waktu BAK, jika ada berapa banyak ?
  • Apakah inkontinensia terjadi pada saat-saat yang bisa diperkirakan seperti pada saat batuk, bersin tertawa dan mengangkat benda-benda berat ?
  • Apakah klien menyadari atau merasakan keinginan akan BAK sebelum inkontinensia terjadi ?
  • Berapa lama klien mempunyai kesulitan dalam BAK / inkontinensia urine ?
  • Apakah klien merasakan kandung kemih terasa penuh ?
  • Apakah klien mengalami nyeri saat berkemih ?
  • Apakah masalah ini bertambah parah ?
  • Bagaimana cara klien mengatasi inkontinensia ?

Pemeriksaan Fisik
  • Inspeksi
    Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah perineal.
    Adanya benjolan atau tumor spinal cord
    Adanya obesitas atau kurang gerak

  • Palpasi
    Adanya distensi kandung kemih atau nyeri tekan
    Teraba benjolan tumor daerah spinal cord

  • Perkusi
    Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.

Diagnosa Keperawatan
  • Kecemasan
  • Gangguan bodi image
  • Defisit pengetahuan
  • Kelemahan ( kurang aktivitas )
  • Gangguan Harga Diri
  • Gangguan Integritas Kulit

Rencana Tindakan
  • Menjaga kebersihan kulit, kulit tetap dalam keadaan kering, ganti sprei atau pakaian bila basah.
  • Anjurkan klien untuk latihan bladder training
  • Anjurkan pemasukkan cairan 2-2,5 liter / hari jika tidak ada kontra indikasi.
  • Anjurkan klien untuk latihan perineal atau kegel’s exercise untuk membantu menguatkan kontrol muskuler ( jika di indikasikan )
    Latihan ini dapat dengan berbaring, duduk atau berdiri
    • Kontraksikan otot perineal untuk menghentikan pengeluaran urine
    • Kontraksi dipertahankan selama 5-10 detik dan kemudian mengendorkan atau lepaskan
    • Ualngi sampai 10 kali, 3-4 x / hari
  • Cek obat-obat yang diminum ( narkotik, sedative, diuretik, antihistamin dan anti hipertensi ), mungkin berkaitan dengan inkontinensia.
  • Cek psikologis klien.


Daftar Pustaka

1. Charlene J. Reeves at all. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica, 2001.
2. Susan Martin Tucker at all. Patient Care Standarts Collaborative Planning & Nursing Interventions, Seventh Edition, St. Louis Baltimore Berlin : Mosby, 2000.
3. Luckmann’s, Suzanne E, Tatro. Care Principles and practise of Medical Surgical Nursing.
4. Christensen Kocknow. Adult Health Nursing, Third edition, St. Louis Baltimore, Boston : Mosby, 1999.
5. Susan Puderbangh, Susan W. Nursing Care Planning Guides, for Adult In Acute, Extended and Home Care Settings. WB. Saunders Company, 2001.