BAB I
TINJAUAN TEORITIS
I.
KONSEP DASAR
I.I DEFINISI
Radang
paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia)
adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary
alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite).
Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera
jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.
Gejala yang berhubungan dengan
radang paru-paru termasuk batuk, sakit
dada, demam, dan kesulitan
bernapas. Alat
diagnosa termasuk Sinar-X dan pemeriksaan dahak. Perawatan tergantung dari penyebab
radang paru-paru; radang paru-paru disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotika.
Radang paru-paru adalah penyakit
umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab kematian
peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit menahun. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis
radang paru-paru bisa diperoleh. Prognosis perseorangan tergantung dari jenis
radang paru-paru, perawatan yang cocok, komplikasi lainnya, dan kesehatan orang
tersebut. Jenis radang paru-paru dari lokasi infeksi dapat dibagi menjadi:
1. Infeksi ambulant pneumonia atau
di luar rumah sakit Penyebab: Streptococcus pneumonia ( 30-60 % )
2. Infeksi nosokomial pneumonia atau
pasien memperolehnya dari masa dia tinggal di rumah sakit Penyebab: >
60 % Gram negativ misalnya Pseudomonas dan sisanya gram positiv seperti
staphylokokken
Pembagian ini penting karena bakteri
yang berasal dari rumah sakit memiliki komplikasi yang lebih tinggi dan
memerlukan penangana antibiotika yang lebih selektif dibandingkan dengan yang
diterima ambulant atau di luar rumah sakit.
I.2
ANATOMI PISIOLOGI
Radang
paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary
alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan
oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.
Gejala yang berhubungan dengan
radang paru-paru termasuk batuk, sakit
dada, demam, dan kesulitan
bernapas. Alat
diagnosa termasuk Sinar-X dan pemeriksaan dahak. Perawatan tergantung dari penyebab
radang paru-paru; radang paru-paru disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotika.
Radang paru-paru adalah penyakit
umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan merupakan penyebab kematian
peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit menahun. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis
radang paru-paru bisa diperoleh. Prognosis perseorangan tergantung dari jenis
radang paru-paru, perawatan yang cocok, komplikasi lainnya, dan kesehatan orang
tersebut. Jenis radang paru-paru dari lokasi infeksi dapat dibagi menjadi:
1. Infeksi ambulant pneumonia atau
di luar rumah sakit Penyebab: Streptococcus pneumonia ( 30-60 % )
2. Infeksi nosokomial pneumonia atau
pasien memperolehnya dari masa dia tinggal di rumah sakit Penyebab: >
60 % Gram negativ misalnya Pseudomonas dan sisanya gram positiv seperti
staphylokokken
Pembagian ini penting karena bakteri
yang berasal dari rumah sakit memiliki komplikasi yang lebih tinggi dan
memerlukan penangana antibiotika yang lebih selektif dibandingkan dengan yang
diterima ambulant atau di luar rumah sakit.
Salah satu
kasus radang paru-paru yang mempunyai tingkat kematian tinggi pada saat ini
adalah kasus radang paru-paru yang disebabkan oleh Flu burung
I.3
ETIOLOGI
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada
parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
Pneumonia dapat disebapkan oleh berbagai macam
etiologi seperti :
1. Bakteri:
stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus:
virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma
pneumonia
4. Micoplasma
pneumonia
5. Aspirasi:
lambung
I.4
. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel
infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi
pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat
secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan
anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau
epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan
anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus
pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian
bawah
dan menyebabkan pneumonia virus.2
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada
keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella,
campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.2
I.5
MANIFESTASI
KLINIS
- Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
- Gejala khas :
- Sianosis pada mulut dan hidung.
- Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
- Gelisah, cepat lelah.
- Batuk à mula-mula kering à produktif.
- Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
- Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.
- Foto thorak = bercak infiltrate pada satu lobus/beberapa lobus.
I.6
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar
X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga
menyatakan abses)
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan
gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan
serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan
fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik
static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7.
Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat
benda asin
I.7 PELAKSANAAN MEDIS
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi
secepatnya:
1. Oksigen.
2. Cairan, kalori dan elektrolit Ã
glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan
infuse.
3. Obat-obatan :
a. Antibiotika à berdasarkan etiologi.
b. Kortikosteroid à bila banyak lender.
I.8
KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat
maka akan terjadi :
- Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
- Efusi pleura.
- Emfisema.
- Meningitis.
- Abses otak.
- Endokarditis.
- Osteomielitis.
BAB II
ASKEP TEORITIS
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
2.I
PENGKAJIAN (DATA DASAR)
1.Riwayat Kesehatan (subjektif)
1)
Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya/batuk,
pilek, takhipnea, demam.
2)
Anoreksia, sukar menelan, muntah.
3)
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ;
morbili, pertusis, malnutrisi, imunosupresi.
4)
Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran
pernafasan.
5)
Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat
dan dangkal, gelisah, sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik (objektif)
1)
Demam, takhipnea, sianosis, cuping hidung.
2)
Auskultasi paru ronchi basah, stridor.
3)
Laboratorium lekositosis, AGD abnormal, LED meningkat.
4)
Roentgen dada abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar
pada kedua paru).
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas
berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan
dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan menurunnya kadar oksigen darah.
5. Perubahan rasa nyaman berhubungan
dengan demam, dispnea, nyeri dada.
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses infeksi.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua
tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
8. Kecemasan berhubungan dengan dampak
hospitalisasi
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Tidak efektifnya jalan nafas
berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan kebersihan
jalan napas efektif, dengan criteria hasil:
·
Mempertahankan jalan napas pasien.
·
Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
·
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
·
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
·
Mengidentifikasi potensial komplikasidan melakukan tindakan tepat
|
Kaji ulang fungsi pernapasan: bunyi napas,
kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
·
Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
·
Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan
latihan napas dalam.
·
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
·
Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
·
Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Kolaborasi:
Berikan obat: agen
mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.
|
·
Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis,
ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas
sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.
b.Pengeluaran sulit bila
sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang
memerlukan evaluasi/intervensi lanjut .
Meningkatkan ekspansi
paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan
sekret agar mudah dikeluarkan.
Mencegah
obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan
sekret.
Membantu mengencerkan
secret sehingga mudah dikeluarkan.
Mencegah pengeringan
membran mukosa.
Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran
lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.
|
Berkurangnya volume cairan
berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea
|
Pasien
akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.
|
·
Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap
memberi cairan peroral hindari milk yang kental/minum yang dingin merangsang
batuk.
·
Monitor keseimbangan cairan membrane mukosa, turgor kulit,
nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-tyanda vital.
·
Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.
·
Lakukan oral hygiene.
|
·
Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah
dan intervensi yang tepat b. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,
meningkatkan intake diet pasien.
·
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
·
Dapat menentukan jenis diet dan
mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
·
Membantu menghemat energi khusus saat demam
terjadi peningkatan metabolik.
·
Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau
obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.
·
Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan
iritasi gaster.
·
Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet
dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet.
·
Nilai rendah menunjukkan
malnutrisi dan perubahan program terapi.
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah
|
Pasien
dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi
|
·
Kaji toleransi fisik pasien.
·
Bantu pasien dalam aktifitas dari kegiatan sehari-hari.
·
Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan
aktivitas yang tidak mengeluarkan energi banyak à sesuaikan aktifitas dengan
kondisinya.
·
Beri O2 sesuai program.
·
Beri pemenuhan kebutuhan energi.
|
·
Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien
memudahkan pemilihan intervensi.
·
b.Menurunkan stress dan rangsanagn berlebihan,
meningkatkan istirahat.
·
Tirah baring dipertahankan selama fase akut
untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan.
·
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,
tidur di kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.
·
Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbanagnsuplai
dan kebutuhan oksigen
|
Perubahan
rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada
|
Pasien
akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk efektif
dan suhu normal
|
·
Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin.
·
Kelola pemberian antipiretik dan anlgesik serta antibiotic
sesuai program.
·
Bantu pasien pada posisi yang nyaman baginya.
·
Bantu menekan dada pakai bantal saat batuk.
Usahakan
pasien dapat istirahat/tidur yang cukup
|
·
Nyeri merupakan respon subjekstif yang dapat
diukur.b.Perubahan frekuensi jantung TD menunjukan bahwa pasien mengalami
nyeri, khususnya bila alasan untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
·
Tindakan non analgesik diberikan dengan
sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek
terapi analgesik.
·
Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat
mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
·
Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
f. Obat
ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif, meningkatkan
kenyamanan
|
Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
|
Suhu
tubuh dalam batas normal
|
·
Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
·
Beri kompres
dingin.
·
Kelola pemberian antipiretik dan antibiotic.
·
Beri minum peroral secara hati-hati, monitor keakuratan
tetesan infuse.
|
·
. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
·
Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis
mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
·
Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
f. Pemberian
cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien
|
Kecemasan
berhubungan dengan dampak hospitalisasi
|
Kecemasan
teratasi
|
·
Kaji tingkat kecemasan anak.
·
Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta
merawat anaknya.
·
Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu
selalu berada di dekat anaknya.
·
Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan
à tujuan, manfaat, bagaimana dia merasakannya.
·
Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.
|
·
Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima
terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.b. Orang-orang yang
beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi.
·
Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya
penularan infeksi.
·
Mengurangi risilio penyebaran infeksi.
·
Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
Pengetahuan
tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup dan
menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA
Tn. R DENGAN MASALAH
TB PARU DI DESA BATU TANGGA KEC.BATANG ALAI TIMUR
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
Tn. R DENGAN MASALAH
TB PARU DI DESA BATU TANGGA KEC.BATANG ALAI TIMUR
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
3.I
PENGKAJIAN
I. Pengumpulan Data
Struktur dan sifat keluarga.
1. Kepala Keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Desa Batu Tangga Kec.BAT.
2. Susunan Anggota Keluarga
I. Pengumpulan Data
Struktur dan sifat keluarga.
1. Kepala Keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Desa Batu Tangga Kec.BAT.
2. Susunan Anggota Keluarga
NO
|
NAMA
|
J.KELAMIN
|
UMUR
|
HUBUNGAN
|
PENDIDIKAN
|
PEKRJAAN
|
1
|
Ny.M
|
P
|
40Th
|
Istri
|
SMP
|
Tani
|
2
|
Tn.N
|
L
|
29Th
|
Anak
|
SMA
|
Tani
|
3
|
Ny.SP
|
P
|
25Th
|
Menantu
|
SMA
|
Tani
|
3. Tipe Keluarga
Merupakan type keluarga besar ( extended family ) yang terdiri atas ayah, ibu, satu orang anak dan menantu perempuan.
Merupakan type keluarga besar ( extended family ) yang terdiri atas ayah, ibu, satu orang anak dan menantu perempuan.
4. Pengambilan Keputusan
Pola pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan secara musyawarah, anggota keluarga yang paling menonjol dalam pengambilan keputusan adalah anak laki-laki Tn. R yang tinggal serumah.
5. Hubungan Dalam Keluarga
Hubungan antar keluarga harmonis, komunikasi yang terjalin dalam keluarga baik, anggota keluarga yang paling dipercaya adalah anak Tn. R yang tinggal serumah.
6. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a. Kebiasaan Istirahat dan Tidur
Pola pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan secara musyawarah, anggota keluarga yang paling menonjol dalam pengambilan keputusan adalah anak laki-laki Tn. R yang tinggal serumah.
5. Hubungan Dalam Keluarga
Hubungan antar keluarga harmonis, komunikasi yang terjalin dalam keluarga baik, anggota keluarga yang paling dipercaya adalah anak Tn. R yang tinggal serumah.
6. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a. Kebiasaan Istirahat dan Tidur
NO
|
NAMA
|
TIDUR
SIANG
|
TIDUR
MALAM
|
1
|
Tn.R
|
Jarang
|
6
– 7 jam±
1 jam ±
|
2
|
Tn.N
|
Jarang
|
7
- 8 jam±
|
3
|
Ny
.S
|
Jarang
|
7
- 8 jam±
|
b. Kebiasaan Makan
Makanan pokok keluarga adalah nasi, lauk-pauk dgm frekwensi 3 x sehari. Pengadaan makanan sehari-hari adalah memasak sendiri dengan komposisi jenis makanan bervariasi, kebiasaan makan keluarga bersama-sama,tanpa ada alat makan yang dikhususkan untuk Tn.R
c.
Personal Hygiene
Kebiasaan mandi keluarga Tn. R 2 x sehari dengan menggunakan sabun, gosok gigi 3 x /hari menggunakan pasta gigi. Ganti pakaian 2 x sehari atau bila kotor. Rambut dikeramas 2 - 3 x seminggu, memotong kuku bila panjang, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memakai alas kaki bila keluar rumah.
Kebiasaan mandi keluarga Tn. R 2 x sehari dengan menggunakan sabun, gosok gigi 3 x /hari menggunakan pasta gigi. Ganti pakaian 2 x sehari atau bila kotor. Rambut dikeramas 2 - 3 x seminggu, memotong kuku bila panjang, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memakai alas kaki bila keluar rumah.
d. Penggunaan Waktu Senggang
Waktu senggang digunakan anggota keluarga untuk beristirahat dan 3 bulan yang lalu lebih±rekreasi, sementara Tn. R sejak ia sakit banyak di rumah daripada bekerja.
Waktu senggang digunakan anggota keluarga untuk beristirahat dan 3 bulan yang lalu lebih±rekreasi, sementara Tn. R sejak ia sakit banyak di rumah daripada bekerja.
e.
Kebiasaan Tidak Sehat
Semua anggota keluarga Tn. R tidak ada yang merokok dan mengkonsumsi 3±alkohol, sementara Tn. R sendiri berhenti merokok sejak ia sakit ( bulan yang lalu). Kadang meludah disembarang tempat, dan tempat penampungan ludah yang terbuka.
Semua anggota keluarga Tn. R tidak ada yang merokok dan mengkonsumsi 3±alkohol, sementara Tn. R sendiri berhenti merokok sejak ia sakit ( bulan yang lalu). Kadang meludah disembarang tempat, dan tempat penampungan ludah yang terbuka.
8. Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya
a.
Pendapatan dan pengeluaran
Rp 350.00,-. Tidak ada penghasilan±Pendapatan keluarga perbulan ± Rp 300.000,- dengan keperluan perhari ±tambahan. Pengeluaran perbulan Rp 10.000.
Rp 350.00,-. Tidak ada penghasilan±Pendapatan keluarga perbulan ± Rp 300.000,- dengan keperluan perhari ±tambahan. Pengeluaran perbulan Rp 10.000.
b.Sosial dan Budaya.
Semua anggota keluarga adalah suku Jawa (WNI) dengan menggunakan bahasa Jawa untuk komunikasi, semua anggoata keluarga beragama Islam, hubungan dengan masyarakat sekitar baik, sebelum sakit Tn. R aktif dalam kegiatan keagamaan, saat sakit Tn. R lebih banyak di rumah daripada mengikuti kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
9. Faktor Lingkungan
Semua anggota keluarga adalah suku Jawa (WNI) dengan menggunakan bahasa Jawa untuk komunikasi, semua anggoata keluarga beragama Islam, hubungan dengan masyarakat sekitar baik, sebelum sakit Tn. R aktif dalam kegiatan keagamaan, saat sakit Tn. R lebih banyak di rumah daripada mengikuti kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
9. Faktor Lingkungan
a. Perumahan
Status pemilikan rumah adalah rumah sendiri dengan type non permanen dengan 1 ruang tamu, ruang tengah, 2 kamar tidur dan 1 dapur tanpa WC dan kamar mandi, atap terdiri atas sirap, lantai dari papan, ventilasi terdiri atas 6 buah jendela namun 2 buah jendela jarang di buka yaitu pada kamar tamu dengan alasan orang tua jarang ada dirumah, penerangan listrik dan pencahayaan kurang baik, keadaan di dalam rumah cukup bersih, pemakaian air dari sumur gali cukup bersih, tidak berbau, tidak berasa serta jernih, sampah dikumpulkan disamping rumah kemudian 3 m2 x 5 m2.±dibakar, luas halaman
3.2 PRIORTAS MASALAH
- Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan fisioterapi dada setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau pengisapan, beri O2 sesuai program.
- Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put.
- Monitor suhu tubuh.
- Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien.
- Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS.
3.3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk,
edema trakeal/faringeal.
·
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis,
kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
·
Gangguan keseimbangan
nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang
sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan
finansial.
·
Nyeri akut berhubungan
dengan inflamasi paru, batuk menetap.
·
Hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi aktif.
·
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3.4
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi :
1.
Kaji
patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2.
Identifikasi
orang lain yang beresiko
3.
Anjurkan
pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah
4.
Kaji
tindakan kontrol infeksi sementara
5.
Awasi
suhu sesuai indikasi
6.
Identifikasi
faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan
pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Kaji
pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum
9. Dorong
memilih makanan seimbang
10. Kolaborasi
pemberian antibiotik
11. Laporkan
ke departemen kesehatan lokal
3.5
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. MengKaji
patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2.
MengIdentifikasi
orang lain yang beresiko
3.
MengAnjurkan
pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah
4.
MengKaji
tindakan kontrol infeksi sementara
5.
MengAwasi
suhu sesuai indikasi
6.
mIdentifikasi
faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan
pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Kaji
pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum
9. Dorong
memilih makanan seimbang
10. Kolaborasi
pemberian antibiotik
11. Laporkan
ke departemen kesehatan lokal
3.6
EVALUASI
1.
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental.
S
: Pasien mengatakan dapat mengeluarkan dahaknya.
O : Tanda-tanda penggunaan otot aksesori pernapasan berkurang.
A : Tujuan tercapai sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
O : Tanda-tanda penggunaan otot aksesori pernapasan berkurang.
A : Tujuan tercapai sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
1.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler
S : Pasien mengatakan
lemas
O : Pasien tampak pucat, frekuensi napas menurun dari 32 x/mnt menjadi 30 x/mnt
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
O : Pasien tampak pucat, frekuensi napas menurun dari 32 x/mnt menjadi 30 x/mnt
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
2.
Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut.
S : Pasien tidak
mengeluh nyeri lagi saat batuk.
O : Pasien tampak tidak meringis saat batuk.
A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi.
O : Pasien tampak tidak meringis saat batuk.
A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan,
zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai pemerbit FKUI.
DEPKES
RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Untuk
Penganggulangan Pneumonia Pada Balita.
Doenges.
E Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer,
Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius.
Suriadi,
Rita Yuliana. 2006. Asuhan Keperawtan pada Anak. Jakarta : Penebar Swadaya.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi,
edisi 6. Jakarta : EGC
Alsagaff,
hood, abdul Mukty. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press.