BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Encephalitis adalah
infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain
yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).
Encephalitis adalah
radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa,
jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
Ensefalitis adalah
infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non purulen,Penyebab tersering dari ensefalitis adalah
virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh
enterovirus, mumps, dan adenovirus.Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi
campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi pertusis
Klasifikasi ensefalitis
didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis supuratif akut dengan
bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.sedangkan
ensefalitis virus penyebab adalah virus RNA (Virus Parotis), virus morbili,
virus rabies, virus rubella, virus dengue, virus polio, cockscakie A dan B,
herpes zoster, herpes simpleks, dan varicella.
1.2
Tujuan
Ø Memberi
pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai pengertian Penyakit Encefalitis
Ø Memberikan
pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai penyebab penyakit Encefalitis
Ø Memberi
pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai penyebab penyakit Encefalitis
Ø Memberi
pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai cara pencegahan dan pengobatan
penyakit Encefalitis
BAB
II
ANATOMI
FISIOLOGI
2.1
Anatomi Fisiologi
Sistem
saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf.Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang
berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan
koordinasi kegiatan tubuh.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar
(serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung
(medulla oblongata), dan jembatan varol.
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua
aktifitas mental yaitu yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.Otak besar
merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak,
walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum
yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor)
yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur
gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar
kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih
tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,
analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di
bagian belakang.
b.
Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan
varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang
mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah
merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil
mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
3.
Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan
otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan.
4.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan
varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakakng
5.
Sumsum sambung (medulla
oblongata)
Sumsum
sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti
detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang
lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
BAB
III
LANDASAN
TEORI
3.1 Definisi
Encephalitis adalah
infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain
yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).
Encephalitis adalah
radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa,
jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
Ensefalitis adalah
infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non purulen,Penyebab tersering dari ensefalitis adalah
virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh
enterovirus, mumps, dan adenovirus.Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi
campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi pertusis.
Klasifikasi ensefalitis
didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis supuratif akut dengan bakteri
penyebab ensefalitis adalah staphylococcus
aureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.sedangkan ensefalitis
virus penyebab adalah virus RNA (Virus Parotis), virus morbili, virus rabies,
virus rubella, virus dengue, virus polio, cockscakie A dan B, herpes zoster,
herpes simpleks, dan varicella.
3.2
Etiologi
Berbagai macam
mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis, misalnya bakteria,
protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab Ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum.
Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut
(Mansjoer, 2000). Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari
thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus
langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau
vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis
virus serta epidemiologinya ialah:
- Infeksi virus yang bersifat endemik
- Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
- Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
- Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
- Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit. Hassan, 1997)
3.3
Manifestasi
Klinik
Ø Onset
mendadak atau bertahap adalah
1. Malaise.
2. Demam.
3. Sakit kepala, pusing.
4. Apatis.
5. Leher kaku.
6. Mual dan muntah.
7. Ataksia.
8. Tremor, hiperaktivitas.
9. Kesuliatan bicara.
Ø Dalam
kasus yang berat:
1. Demam tinggi.
2. Pingsan.
3. Disorientasi, kekejangan.
4. Kejang, koma (dapat melanjutkan sampai mati).
5. Okular palsi.
6. Kelumpuhan.
Meskipun
penyebabnya berbeda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara umum gejala berupa
trias ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Arif,
2000).Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10 hari akan terjadi kenaikan suhu
yang mendadak, seringkali terjadi hiperpireksia, nyeri kepala pada anak besar,
menjerit pada anak kecil. Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma, stupor,
letargi), kaku kuduk, peningkatan reflek tendon, tremor, kelemahan otot dan
kadang-kadang kelumpuhan (Kempe, 1982).
3.4 Patofisiologi
Virus masuk ketubuh klien melalui kulit,saluran nafas,dan
saluran cerna.setelah masuk kedalam
tubuh virus akan menyebar keseluruh
tubuh dengan beberapa caraa :
Lokal : virus alirannya
terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu
Penyebaran hematogen
priimer : virus masuk kedalam darah kemudian menyebar ke organ dan
berkembangbiak di organ tersebut
Penyebaran melalui
saraf-saraf : virus berkembang biak didalam sellaput lendir dan menyebar
melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran di otak menjadi manifestasi
klinis ensefalitis,masa pradromal berlangsung 1-4 hari di tandai dengan
demam,sakit kepala,pusing,muntah,nyeri tenggorokan,malaise,nyeri ekstremitas
dan pucat .suhu badan meningkat ,fotofobia,sakit kepala,muntah-muntah,letargi,kadang
disertai dengan kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen . pada anak tampak
gelisa kadang disertai perubahan tingkah laku.dapat disertai gangguan
penglihatan ,pendengaran,bicara,serta kejang.gejala ini berupa gelisa ,
rewel,perubahan prilaku,gangguan kesadaran,kejang,kadang-kadang disertai tanda
neurologis fokal berupa afasia,hemmiparesis,hemiplegia,ataksia,dan paralisis
saraf otak.
3.5
Pemeriksaan penunjang
Setelah
melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan –keluhan klien , pemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis .
pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3(brain) yang terarah dan di hubungkan
dengan keluhan klien.
Pemeriksaan fisik mulai dengan memeriksa tanda – tanda
vital , pada klien ensefalitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh
lebih dari normal 39-41 C.keadaan ini
biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dari selaput otak yang
sudah menganggu pusat pengaturan suhu tubuh.penurunan denyut nadi terjadi
berhubungan dengan tanda – tanda peningkatan TIK.apabila diseratai peningkatan
frekuensi perrnafasan sering berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
umum dan adanya infeksi pada sistem penafasan sebelum mengalami ensefalitis .TD
biasanya normal atau meningkat dengan
tanda-tanda peningkatan TIK
B1 ( breathing )
Inspeksi apakah klien batuk , produksi sputum , sesak
nafas , penggunaan otot batk nafas , dan peningkatan frekuensi pernafasan yang disertai adanya gangguan pada
sistem pernafasan .palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri .
auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan ensefalitis
berhubungan akumulasi sekret dari penurunan kesadaran.
B2 ( Blood )
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapat kan
renjatan hipovolemik yang sering terjadi pada klien ensefalitis
B3 ( Brain )
Pengkajian B3 ( brain ) merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap di bandingkan pengkajianpada sistem lainnya.
Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis
biasanya berkisaraan padda tingkat letargi,stupor,dan semikomatosa.apabila
klien sudah mengalami koma maka penilaian GSC sangat penting untuk menilai
tingkat kesadaran klien dengan bahan untuk memantau pemberian asuhan
keperawatan.
Fungsi
serebri
Status
mentral : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya nilai gaya bicara
klien dan observasi ekspresi wajah , dan aktivitas motorik . pada klien
ensefalitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf
kranial
Saraf
I.
Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelaian pada klien ensefalitis
Saraf
II.Tes
ketajaman penglihatan pada kondisi normal . pemeriksaan papiledema mungkin
didapatkan terutama pada ensefalitis supuratif disertai abses serebri dan efusi
subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
Saraf
III , IV dan VI pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil
pada klien ensefalitis yang tidak disertai yang telah menganggu kesadaran ,
tanda – tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan .dengan
alasan yang tidak diketahui klien esnsefalitis mengeluh mengalami fotobia atau
sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
Saraf
V
. Pada klien ensefalitis didapatkan paralis pada otot sehingga menganggu proses
mengunyah.
Saraf
VII.persepsi
pengecapan dalam bata nnormal wajah
asimetris karena adanya paralis unilateral
Saraf
VIII
. tidak ditemukan adanya tuli konduktif persepsi
Saraf
IX dan X .Kemampuan menelan kurang baik sehingga menganggu
pemenuhan kebutuhan nutrisi via oral
Saraf
XI.
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius . adanya usaha dari
klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.
Saraf
XII.
Lidah simetris tidak ada deviasi pada stau sisi dan tidak ada fasikulasi ,indra
pengecapan normal.
Sistem motorik
Kekutan otot menurun , kontrol keseimbangan dan
koordinasi pada ensefalitis tahap lanjut mengalami perubahan.
Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan reflaks dalam , pengetukan pada tendon ,
ligamentum atau periosteum derajat refleks pada respon normal . repleks
patologis akan didapatkan pada klien ensefalitis dengan tingkat kesadaran koma.
Gerakan involunter
Tidak ditemukannya tremor,tic dan distonia.pada klien
keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum , terutama pada anak dengan
ensefalitif disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi . kejang dan
peningkatan TIK juga berhubungan dengan ensefalitis.kejang terjadi sekunder
akibat fokal kortikal yang peka.
Sistem sensorik
Pemeriksaan sensorik pada ensefalitis biasanya didapatkan
perasaan raba normal , perasaan nyeri normal , perasaan suhu normal , dan
perasaan diskriminatif normal .
Peradangan pada selaput otak mengakibatkansejumlah tanda
yang mudah di kenali pada ensefalitis . tanda tersebut adalah kaku kuduk yaitu
ketika adannya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya
spasme
B4 ( Bladder )
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biaanya berkurangnya
volume haluaran urine , hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 ( Bowel )
Mual sampai muntah di hubungkan dengan peningkatan
produksi asam lambung . pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena
anoreksia dan adanya kejang.
B6 ( Bonel )
Penurunan kekuatan otot dan penurunan ingkat kesadaran menurunkan
mobilitas secara umum . Dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari klien lebih
banyak di bantu oleh orang lain.
3.6 Penatalaksanaan Medis
- Isolasi Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
- Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :
- Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
- Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
- Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).
- Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
- Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak
2
Mempertahankan hidrasi, monitor balans
cairan; jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
3
Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa
kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
4
Kortikosteroid intramuscular atau
intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak.
- Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
- Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
- Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama
- Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
- Mempertahankan ventilasi Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).
- Penatalaksanaan shock septik
- Mengontrol perubahan suhu lingkungan
- Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral.(Hassan, 1997)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1
Pengkajian
Anamnesis
Keluhan
utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa anaknya untuk
meminta pertolongan kesehaan adalah kejang disertai penurunan tingkat
kesadaran.
4.1.1
Riwayat penyakit saat ini
Factor
riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Di sini harus ditanya dengan
jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan , sembuh, atau
bertambah buruk. Pada pengkajian klien
ensefalitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari
infeksi peningkatan TIK. Keluhan gejala
awal yang sering adalah sakit kepala dan demam.
Sakit kepala disebabkan ensefalitis yang berat dan sebagai akibat
iritasi selaput otak. Demam umumnya ada
dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Keluhan
kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang,
dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang
tersebut.Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
ensefalitis bakteri.Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal
adanya penyakit.Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,
demikian pula respons individu terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi.Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive
dan koma.
Pengkajian
pada anak didapatkan keadaan anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara
umum, nyeri ekstrimitas, rewel, demam (39-410C), nafsu makan
menurun, muntah-muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pucat dan gelisah.
4.1.2
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian
penyakit yangpernah dialami klien yang menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernahkah klien mengalami campak, cacar air, herpes, dan
bronkopneumonia.Pengkajian pada anak mungkin didapatkan riwayat mendarita
penyakit yang disebabkan oleh virus seperti virus influenza, varicella,
adenovirus, kokssakie, echovirus atau parainfluenza, infeksi bakteri, parasit
satu sel, cacing, fungus, riketsia.Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien seperti pemakaian oba kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis
antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic) dapat
meningkatkan komprehensifnya pengkajian.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebh jauh serta untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4.1.3
keluhan
utama.
Merupakan kebutuhan yang mendorong
penderita untuk masuk RS. keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit
kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan kejang.
4.1.4
Riwayat
penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang
meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari
penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal
berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian
diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan
luas lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning
attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang kadang-kadang
disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia
dan paralisi saraf otak.
4.1.5
Riwayat
kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal,
natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa
saja yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal
perlu diketahui apakah bayi lahi rdalam usia kehamilan aterm atau tidak karena
mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan
juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk
anak.Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah
lahir.Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.
4.1.6
Riwayat
penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis
akan meningkatkan kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan
otak (J.G. Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana
kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan karena
dapat memperburuk keadaan.
4.1.7
Riwayat
kesehatan keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada
kaitannya dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno
marram, 1983).
4.1.8 Riwayat
social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga
mengganggu status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji
status klien ataukeluarga agar dapat memprioritaskan maslaah
keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
4.1.9 Kebutuhan
dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada
penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara
lain : gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah, hipermetabolik
akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada
penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan
diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah atau tidak
sadar dan cenderung tergantung pada orang lain perilaku bermain perlu diketahui
jika ada perubahan untuk mengetahui akispitalisasi pada anak.
4.1.10 Pengkajian
psiko-sosial-spiritual
Pengkajian psikologis klien ensefalitis meliputi beberapa
penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai satatus emos,kognitif , daan perilaku klien . pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga
penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaaruhnya dalam kehidupan sehari – hari baik dalam keluarga ataupun
masyarakat.apakah ada dampak yang timbul pada klien , yaitu timbul ketakutan
akan kecacatan , rasa cemas dan rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitaas
secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah .pengkajian mengenai mekanisme
koping yang sadar biasa digunakan klien selama masa steres meliputi kemampuan
klien untuk mendiskusikan maslah kesehatan saat ini yang telah dikeatahui dan
oerubahan perilaku akbat stress,Karena
klien harus melayani rawat inap
maka apakah keadaan ini memberidampak pada status ekonomi klien , karena
biaya perawatan dan pengobatan memerluukan dana yang tidak sedikit . perawat
juga memasukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan
neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup klien .perspektif keperawatan
dalam mengkaji terdiri dari dua masalah , yaitu keterbatasan yang di akibatkan
oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana
pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam sistem
dukungan individu
4.2 Diagnosi Keperawatan
1.
Gangguan perfusi jaringan serebri yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
yang berhubungan dengan akumulasi sekret , kemampuan batuk menurun akibat
penurunan kesadaran .
3.
Resiko tinggi defisit cairan dan
hipovolemik.
4.
Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidak mampuan menelan , keadaan hipermetabolik.
5.
Resiko tinggi cedera yang berhubungan
denga kejang perubahan statusmental, dan penurunan tingkat kesadaran.
6.
Resiko kejang berulang.
7.
Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi
lapisan otak.
8.
Gangguan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,penurunan kekuatan otot , penurunan
kesadaran kerusakan persepsi.
9.
Gangguan
persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang
sensorik,trasmisi sensorik dan interasi sensorik.
10. Koping
individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit,perubahan
psikososial ,perubahan persepsi kognitif,perubahan aktual dalam struktur dan
fungsi ketidak berdayaan dan merasa tidak ada harapan.
11. Cemas
yang berhubungan dengan ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan.
4.3 INTERVENSI
1.Gangguan
perfusi jarinagn serebri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Data penunjang : Malaise,pusing ,nausea
,iritabilitas ,kejang ,kesadaran menurun bingung ,delirium ,koma.perubahan
refleks-refleks,tanda –tanda neurologis,fokal pada meningitis,tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial(bradikardi,tekanan darah meningkat),nyeri
kepala hebat.
|
|
Tujuan : dalam waktu 3X24 jam setelah diberikan
intervensi perfusi otak meningkat .
Kriteria hasil : tingkat kesadaran meningkat
menjadi sadar,disoremtasi negatif,konsentrasi baik,perfusi jaringan dan
oksigenasi baik,tanda-tanda vital dalam batas normal,syok dapat di hindari.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Monitor klien dengan tepat setelah lumbal fungsi
.anjurkan klien berbaring minimal 4-6 jam setelah lumbal pungsi
|
Untuk mencegah nyeri kepala yang menyertai
perubahan intracranial
|
Monitor tanda – tanda peningkatan intrakranial
selama perjalan penyakit ( nadi,tekanan darah meningkat,kesadaran
menurun,napas irreguler,refleks pupil menurun,klelmahan)
|
Untuk mendeteksi tanda-tanda syok yang harus
dilaporkan ke dokter untuk di intervensi awal.
|
Monitor tanda-tanda vital dan neurologis tiap 5-30
menit.catat dan laporkan segerah perubahan –perubahan tekanan intrakranial.
|
Perubahan-perubahan ini menandakan adanya
perubahan intrakranial dan penting untuk intervensi awal.
|
Hindari posisi tungkai ditekuk atau
gerakan-gerakan klien ,anjurkan tirai baring.
|
Untuk mencegah peningkatan intracranial
|
Tinggikan sedikit kepala pasien dengan
hati-hati,cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak perlu dari kepala dan leher
hindari fleksi leher
|
Untuk mengurangi tekanan intracranial
|
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan klien beri
petunjuk BAB ,aanjurkan lien untuk menghembuskan napas dalam bila miring dan
bergerak ditempat tidur cegah posisi fleksi lutut
|
untuk mencegah keregangan otot yang dapat
menimbulkan peningkatan intrakranial
|
Waktu prosedur perawatan disesuaikan dan diatur
tepat waktu dengan periode relaksasi ,hindari rangsangan yang tidak perlu.
|
Untuk mencegah eksitsi yang merangsang otak yang
sudaah iritasi dan dapat menimbulkan kejang
|
Beri penjelasan kepada pasien keadaan lingkungan
klien
|
Untuk mengurang disorientasi dan untuk klarifikasi
persepsi sensorik yang terganggu
|
Evaluasi selama masa penyembuhan terhadap gangguan
motorik , sensorik dan intelektual
|
Untuk merujuk ke rehabilitasi
|
Kolaborasi pemberian steroid osmotik
|
Untuk menurunkan tekanan intrkranial
|
2.Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret,kamampuan batuk
menurun akibat penurunan kesadaran
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24
jamsetelahdiberikn tindakan ,jalan nafas kembali efektif
kriteria hasil : secara subjektif sesak napas ( - )
,frekuensi napas 16-20x/menit,tidak menggunakan otot bantu napas ,retraksi ics (-) ,ronkhi (-/-),mengi
(-/-),dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif.
|
||
Intervensi
|
Rasional
|
|
·
Kaji fungsi
paru adanya bunyi napas tambahan,perubahan irama dan kedalaman penggunaan
otot – otot dan asesori warna dan kekentalan sputum.
|
Memantau dan mengatasi komplikasi poensial. Pengkajian fungsi pernapasan dengan
interval yang teratur adalah penting karena pernapasan yang tidak efektif dan
adanya kegagalan, akibat adanya kelemahan atau paralisis pada otot-otot
interkostal dan diafragma berkembang dengan cepat
|
|
·
Atur posisi
fowler dan semifowler
|
Peninggian kepala tempat tidur memudahkan
pernapasan, meningkatkan ekspansi dada, dan meningkatkan batuk lebih efektif
|
|
·
Ajarkn cara
batuk yang efektif
|
Klien berada pada resiko tinggi bila tidak dapat
batuk denan efektif untuk membersihkan jalan napas dan mengalami kesulitan
dalam menelan, sehingga menyebabkan aspirasi saliva dan mencetuskan gagal
napas akut
|
|
·
Lakukan
fisioterapi dada vibrasi dada
|
Terapi fisik dada membantu meningkatkan batuk lebih
efeektif
|
|
·
Penuhi hidrasi
cairan via oral seperti mium air putih dan pertahankan aspan cairsn
2500ml/hari
|
Pemenuhan cairan dapat mengencerkan mucus yang
kental dan dapat membantu pemenuhan cairan yang banyak keluar dari tubuh
|
|
·
Lakukan
pengisapan lendir di jalan pernafasan
|
Pengisapan mungkin diperlukan untuk mempertahankan
kepatenan jalan napas menjadi bersih
|
|
3.Resiko tinggi gangguan nutrisi :
kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan , keadaan
hipermetabolik
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam
waktu 5 x 24 jam .
Kriteria hasil : Turgor baik,asupan dapat masuk
sesuaia dengan kebutuhan , terdapat kemampuan menelan ,sonde dilepas,berat
badan meningkat 1kg,hb dan albumin dalam batas normal.
|
|
Intervensi
|
rasional
|
Observassi tekstur dengan turgor kulit
|
Mengetahui status nutrisi klien
|
Lakukan oral hygiene
|
Kebersihan mulut merangsang nafsu makan.
|
Observasi asupan dan keluaran
|
Mengetahui keseimbangan nutrisi klien
|
Observasi posisi dan keberhasila sonde
|
Untuk menghindari resiko infeksi
|
Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah menelan
dan refleks batuk
|
Untuk menetapkann jenis makanan yan akan diberikan
pada klien dengan mengkaji faktor- faktor tersebut dapat menentukan kemampuan
menelan klien dan mencegah resiko aspirasi
|
Kaji kemampuan klien dalam menelan batuk dan
adanya secret
|
Dengan mengkaji faktor tersebut dapat menentukan
kemampuan menelan dan mencegah risiko aspirasi
|
Auskultasi bising usus,amati penurunan atau
hiperaktivitas bising usus
|
Fungsi gastrointestinal bergantung pada kerusakan
otak,bising usus menentukan respon pemberian makan atau terjadi nya
komplikasi misalnya pada ileus
|
Timbang berat badan sesuai dengan indikasi
|
Untuk mengevaluasi efektivitas dari asupan makan
|
Berikan makanan dengan cara meningkatkan kepala
|
Menurunkan risiko reikoregurgitasi
|
Letakan posisi kepala lebih tinggi pada waktu ,
selama dan sesudah makan.
|
Untuk klien lebih mudah menelan karena gaya
gravitasi
|
Stimulasi bibir unntuk menutup dan membuka mulut
secara manual dengan menekan ringan di atas bibbir atau dibawah dagu jika
dibutuhkan
|
Membantu dalam melatih kembali sensorik dan
meningkatkan kontrol muskular
|
Letakan makanan pada daerah mulut yang tidak
terganggu
|
Memberikan stimulassi sensorik yan dapat
mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
|
Berikan makanan dengan perlahan lingkungan yang
tenang
|
Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan
tanpa adanya distraksi dari luar
|
Memulai untuk memberikan makanan peroral setengah
cair dan makanan luank ketika klien dapat menelan air
|
Makanan lunak atau cair mudah untuk dikendalikan
didalam mulut dan menurunkan terjadinya aspirasi
|
4.Resikotinggi cedera yang berhubungan dengan kejang
,perubahan statusmental dan penurunan
tingkat kesadaran
Tujuan dalam waktu 3x24 jam perawatan klien bebas
dari cedera yang disebab kan oleh kejang dan penurunan kesadaran
kriteria hasil : klien tidak mengalami cedera
apabila kejang berulang.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
·
Monitor kejang
pada tangan ,kaki,mulut dan otot – otot muka lainnnya
|
Gambaran iritabilitas system saraf pusat memerlukan
evaluasi yang sesuai dengan interveensi yang tepat untuk mencegah terjadinya
komplikasi
|
·
Persiapkan
lingkungan yang aman seperti batasan ranjang papan pengaman dan alat suction
selalu
|
Melindungi klien bila kejang terjadi
|
·
Pertahan kan
bedrest berada dekat klien.
|
Mengurangi resiko jatuh/cedera jika terjadi vertigo
dan ataksia
|
·
Kolaborasi
pemberian terapi diazepam ,fenobarbibal
|
Untuk mencegah atau mengurangi kejang
Catatan : fenobarbital dapat menyebabkan depresi pernapasan
dan sedasi
|
5.Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi lapisan
otak
Tujuan dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang
/rasa sakit terkendali.
Kriteria hasil : Klien dapat tidur dengan
tenang,wajah rileks,dan klien memverbalisasikan penurunan ras sakit.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
·
Usahankan
membuat lingkungan yang aman dan tenang
|
Menurunkan reaksi terhadap rangsangan eksternal atau
kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan klien untuk beristirahat
|
·
Kompres dengan
air dingin (es) 0 pada kepala
|
Dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak
|
·
Lakukan
penatalaksanaan nyeri dengan metode distraksi dan relaksasi nafas dalam
|
Membantu menurunkan (memutuskan) stimulasi sensasi
nyeri
|
·
Lakukan latihan
gerak aktif atau pasif sesuai dengan kondisi lembut dan hati – hati
|
Dapat membantu relaksasi otot-ptot yang tegang dan
dapat menurunkan nyeri/rasa tidak nyaman
|
·
Kolaborasi
pemberian analgesic
|
Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit.
Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi karena
berdampak pada status neurologi sehingga sukar untuk dikaji
|
6.Gangguan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,penurunan
kekuatan otot penurunan kesadaran ,kerusakan persepsi / kognitif
Tujuan : tidak terjadi konfraktur
,footdrop,gangguann integritas kulit,fungsi pencernaan dan kandungan kemih
optimal,serta peningkatan kemampuan fisik
Kriteria hasil : skala ketergantungan klien
meningkat menjadi bantuan minimal .
|
|
Intervensi
|
Rasioanal
|
Tinjauan kemampuan fisik dan kerusakan yang
terjadi
|
Mengidentifikasi kerusakan fungsi dan menentukan
pilihan intervensi
|
Kaji tingkat imobilisasi gunakan skala tingkat
ketergantungan
|
Tidak kertergantungan minimal care ( hanya
memerlukan bantuan minimal )partial care(memerlukan bantuan sebagian )dan
toatal care(memerlukan bantuan komplit dari perawat dan klien yang memerlukan
pengawasan khusus karena resiko cedera yang tinggi)
|
Berikan posisi yang teratur pada klien
|
Perubahan posisi teratur dapat mendistribusikan
berat badn secara menyeluruh dan memfasilitasi peredaraan darah serta
mencegah dekubasi
|
Pertahankan kesejajaran tubuh yang adekuat berikan
latihan ROM pasif jika klien sudah
bebas panas dan kejang
|
Mencegah terjadinya kontraktur atau footdroop
serta mempercepat pengembalian fungsi tubuh nantinya
|
Berikan perawatan kulit yang adkuat ,lakukan
masase ganti pakiaian klien dengan bahan linen dan pertahankan tempat tidur
dalam keadaan klien
|
Memfasilitasi sirkulasi dan mencegah gangguan
integritas kulit
|
Berikan perawatan mata , dan tutup dengan kapas
yang basa sesekali
|
Melindungi mata dari kerusakan akibat terbukannya
mata terus menerus
|
Kaji adanya nyeri , kemerahan , bengkak pad area
kulit
|
Indikasi adanya kerusakan kulit .
|
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.I KESIMPULAN
Encephalitis adalah
infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain
yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).
Klasifikasi ensefalitis
didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis supuratif akut dengan
bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.
Pencegahan : dengan cara menjaga kebersihan diri
dengan lingkungan sekitar.
Pengobatan :
1.
Isolasi
2. Terapi antimikroba, sesuai hasil
3.
Mengurangi
meningkatnya tekanan intracranial,
4. Mengontrol kejang
5. Mempertahankan
ventilasi
6. Penatalaksanaan
shock septic
7. Mengontrol perubahan
suhu lingkungan
5.2 SARAN
Jagalah kebersihan diri dan lingkungan
terhindar dari penyakir ensefalitis. Dan
segera periksa ke pihak medis jika terjadi tanda dan gejala pada materi diatas.