BAB I
PENDAHULUAN
Di seluruh dunia pelaksanaan
gugur kandungan masih banyak di kerjakan oleh dukun (75 %-80%)sehingga
komlikasinya sangat membahayakan jiwa sampai kematian yang di sebabkan oleh
pendarahan dan infeksi.pelaksanaan gugur kandungan oleh dukun tampa jaminan
sterilitas dan pengetahuan anatomi alat kelamin wanita sehingga dapat
menimbulkan bahaya,kematian karna gugur kandungan oleh dukun di perkirakan
terjadi antara 200.000-350.000 setiap tahunnya di seluruh dunia.
Pada tahun 2000 di indonesia di perkirakan sekitar dua
juta aborsi terjadi. Salah satu alasan yang sering di ungkapkan oleh perempuan
yang mengupayakan aborsi adalah bahwa mereka sudah mencapai jumlah anak yang di
inginkan (Sedqh G. Dan Ball H. 2008).
Frekuensi kehamilan yang tidak di inginkan yang tinggi
itu di pastikan akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan abortus. Menurut
badan kesehatan dunia (WHO), diseluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar
40-60juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi. Setiap
tahun, sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh pkehamilan
dan persalinan. Sekitar 30-50 persen di antaranya meninggal akibat komplikasi
abortus yang tidak aman. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90 persen dari
kematian tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, yang jumlah
dan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan profesionalnya masih relatif kecil
dan tidak merata (Ericca,1997).
Knight menyatakan bahwa abortus buatan terjadi
kira-kira 40% dari seluruh abortus
meskipun angka tersebut sebenarnya bervariasi (Budiyanto dkk,1997).
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan kehamilan?
b. Apa
yang dimaksud dengan abortus?
c. Bagaimana
klasifikasi abortus?
d. Bagaimana
manifestasi klinik abortus?
e. Bagaimana
etiologi abortus?
f. Bagaimana
patofisiologi abortus?
g. Bagaimana
prognosis abortus?
h. Bagaimana
Pemeriksaan pennunjang abortus?
i. Bagaimana
Penanganan medis abortus?
j.
Bagaimana penatalaksanaan abortus?
k. Bagaimana konsep
asuhan keperawatan abortus?
1.3 Tujuan
1. tujuan
umum
Untuk mengetahui penyebab terjadinya
abortus spontan
2. tujuan
khusus
·
untuk mengetahui konsep
kehamilan
·
untuk mengetahui konsep
abortus
·
untuk mengetahui klasifikasi
abortus
·
untuk mengetahui manifestasi
klinik
·
untuk mengetahui patofisiologi
abortus
·
untuk mengetahui prognosis abortus
·
untuk mengetahui pemeriksaan
penunjang abortus
·
untuk mengetahui penanganan
medis
·
untuk mengetahui penatalaksanaan
abortus
·
untuk mengetahui konsep asuhan
keperawatan abortus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa mempersoalkan
penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi
perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja”dan“abortusspontan”.
Kehamilan normal merupakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)
Kehamilan normal merupakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)
a. Proses
Terjadinya Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan
persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalm air
main terdapat spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor
yang dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis
servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila pada
saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila
fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang
akan berkembang menjadi janin atau fetus. (Sastrawinata, 1983)
b. Usia
Kehamilan
Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 – 12 minggu
b. Trimester II antara 12 – 28 minggu
c. Trimester III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998)
Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 – 12 minggu
b. Trimester II antara 12 – 28 minggu
c. Trimester III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998)
c. Gejala dan Tanda Kehamilan
a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan
Tanda dan gejala meliputi :
1) Amenorea ( tidak dapat haid )
2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
3) Mengidam
4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
6) Sering berkemih
7) Obstipasi ( susah buang air besar )
8) Pigmentasi pada kulit terdapat pada:
9) Epulis
10) Varises
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda-tandanya antara lain:
a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan
Tanda dan gejala meliputi :
1) Amenorea ( tidak dapat haid )
2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
3) Mengidam
4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
6) Sering berkemih
7) Obstipasi ( susah buang air besar )
8) Pigmentasi pada kulit terdapat pada:
9) Epulis
10) Varises
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda-tandanya antara lain:
1.perut
membesar sesuai dengan tuannya kehamilan,perubahan terjadi dalam bentuk besar
dan konsistensi perut juga mengalami perubahan.
2.Tanda
hegar ( segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah istmus uteri, bagian
ini menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan pemeriksaan dalam pada fornix
posterior seperti saling bersentuhan.
3.Tanda
Chadwicks merupakan warna kebiruan pada vagina yang terjadi karena pelebaran
pembuluh darah.
4.Tanda
Piskacek ( uterus besar dan lunak ), merupakan pembesaran fundus uteri yang
tidak rata karena daerah implantasi janin akan tumbuh lebih cepat.
5.Kontraksi
Braxton-hicks, keadaan dimana corpus uteri menjadi lebih keras.
6.Teraba
ballotemen.
7.Pemeriksaan
tes kehamilan positif.
d. Perubahan
Fisiologis Yang Terjadi Pada Saat Kehamilan
Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh wanita, perubahan
tersebut terjadi karena respon tubuh terhadap kehamilan dimana organ-organ
tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas dan fungsi serta sebagai
pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi sebagai tanda adanya sebuah
proses.
Perubahan
tersebut meliputi :
a.Perubahan uterus
Uterus akan mengalami pembesaran pada
bulan-bulan pertama kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen
dan progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur
ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon tersebut pada akhir
kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan
seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan keempat akan berbentuk bulat.
Selanjutnya pada akhir kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti
telur. (Wiknjosastro, 2005)
b.Serviks uteri
Serviks
uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena peningkatan hormon
estrogen. Serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat dan banyak mengandung
kolagen, jaringan otot hanya 10 %. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan
adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks uteri menjadi lebih lunak.
(Winkjosastro, 2005)
c.Vagina dan vulva
Pada
vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormon estrogen .
Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak
kebiruan ( livide ), tanda ini disebut juga tanda Chadwick. Pembuluh-pembuluh
darah alat genetalia interna akan membesar karena oksigenasi dan nutrisi pada
alat-alat genetalia tersebut meningkat. (Winkjosastro, 2005)
d.Payudara ( mamae)
Payudara akan membesar
dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan
tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem
saluran, sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada payudara. Disamping
itu, dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di
sekitar alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. (Winkjosastro, 2005)
e. Sirkulasi darah ibu
Sirkulasi
darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus
yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah
ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah
yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan
puncak kehamilan 32 minggu. (Winkjosastro, 2005)
f. Sistem respirasi ( pernafasan)
Pada
wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas pendek yang
ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal ini disebabkan karena usus-usus
yang tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma
tertekan dan kurang leluasa bergerak. Kebutuhan akan oksigen pada wanita hamil
meningkat ± 20 % sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam. (Winkjosastro,
2005)
g. Traktus digestivus ( pencernaan )
Pada
bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa enek (nausea). Mungkin ini akibat
pada hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot digestivus menurun,
sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih
lama berada dilambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada diusus.
(Winkjosastro, 2005)
h. Traktus urinarius ( perkemihan )
Pada
bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering buang air kecil, hal
ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi
karena kandung kemih mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah
pintu panggul. (Winkjosastro, 2005)
i. Kulit
Kulit
mengalami hiperpigmentasi yang biasa terdapat pada dahi, hidung yang dikenal
sebagai kloasma gravidarum. Pada areola mammae, linea alba dikenal dengan linea
gisea. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkata melanophore stimulating
hormon (MSH). (Winkjosastro, 2005)
j. Berat badan bertambah
Peningkatan
berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan
janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira antara 6,5 kg – 16,5 kg
atau rata-rata 12,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar
1,5 kg per minggu. (Winkjosastro, 2005)
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Alat kelamin luar (genetalia eksterna)
a) Monsveneris
Bagian yang menonjol
meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak, daerah ini ditutupi
bulu pada masa pubertas.
b) Vulva
Adalah tempat bermuara
sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir
besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan
perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons
veneris.
c) Labio mayora
Labio mayora (bibir
besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri atas kulit,
jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons
veneris dan pada sisi lateral.
d) Labio minora
Labio minora (bibir
kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora, dengan banyak kelenjar
sebasea. Celah diantara labio minora adalah vestibulum.
e) Vestibulum
Vestibulum merupakan
rongga yang berada diantara bibir kecil (labio minora), maka belakang dibatasi
oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari liang
senggama (introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri
dan kanan.
f) Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang
menutupi sebagian besar dan liang senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini,
bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku
dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari.
g) Perineum
Terbentuk dari korpus
perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.
2) Alat kelamin dalam (genetalia
interna)
a) Vagina
Tabung, yang dilapisi
membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh
darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½ cm.
Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang
senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina
sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b) Uterus
2 cm. Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr. Uterus
terdiri dari :± 5 cm, tebal ±Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament.
Panjang uterus 7½ cm, lebar
(1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang
terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan
fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
(2) Korpus uteri
Bagian uterus yang
terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang.
Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
(3) Servix uteri
Ujung servix yang
menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis
servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan
uterus, meliputi :
(1) Endometrium
(2) Myometrium
(3) Parametrium
c) Ovarium
Merupakan kelenjar
berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba uterine dan
terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d) Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi
oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan sehingga memperlambat
perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa
yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur
terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak
berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum
saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).
2.3.Etiologi
Abortus
dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1.Kelaianan
pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
Ø Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
Ø Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Ø Pengaruh
teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alcohol.
2.Kelainan
pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3.Faktor maternal, seperti
pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4.Factor eksternal,seperti
radiasi dan obat-obatan
5.
Factor janin
6.
Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
2.4 Manifetasi Klinis
1.
Terlambat
haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2.
Pada pemeriksaan fisik :
Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
3.
Perdarahan pervaginam, mungkin
disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4.
Rasa mulas atau keram perut di
daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
5.
Pemeriksaan ginekologi :
a.Inspeksi vulva : perdarahan
pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari
vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dario ostium.
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
2.5 Patofisiologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan
perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat
perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing
di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan
pengeluaran janin
2.6 PATOFLOW
Kelainan
pertumbuhan kelainan pada
plasenta factor
eksternal
Hasil
konsepsi endoeteritis vili
korialis obat-obatan
Kelainan
kromosom hipertensi menahun
Kromosom
trisomi autosom
|
Perdarahan
penurunan sirkulasi kerusakan
Kekurangan
cairan tubuh terjadi kelelahan jaringan intrauteri
|
|
|
Tindakan
kuretasi
Menyangsang
BPH Kondisi vulva lembab
Afferen perdarahan
Medula
spinalis terlambat
tindakan pada pasien
Thalamus alat
yang digunakan tidak steril
|
Efferen
|
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Tes
kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
b.
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c.
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
2.8 Penanganan
Medis
1.
Abortus iminens
·
istrahat baring agar aliran
darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkuang.
·
Periksa denyut nadi dan suhu
badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien
panas.
·
Tes
kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
·
Berikan obat penenang,
biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. berikan preparat hematinik misalnya sulfas
ferosus 600 – 1.000 mg.
·
Diet tinggi protein dan
tambahan vitamin C.
·
Bersihkan vulva minimal dua
kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat masih
mengeluarkan cairan coklat.
2.
Abortus insipiens
·
bila perdarahan tidak banyak,
tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan
diberikan morfin
·
Pada kehamilan kurang dari 12
minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus
memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
·
Pada kehamilan lebih dari 12
minggu, berikan infokus oksitosin 0,5 mg intramuscular 5 % 500 ml dimulai 8
tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai abortus komplit.
·
Bila janin sudah keluar,
tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
3.
Abortus inkomplit
·
bila disertai syok karena
perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan
selekas mungkin ditransfusi darah.
·
Setelah syok diatasi, lakukan
kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
·
Bila janin sudah keluar,
tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
·
Berikan antibiotic untuk
mencegah infeksi.
4.
Abortus komplit
·
bila kondisi pasien baik,
berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
·
Bila pasein anemia, berikan
hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
·
Berikan antibiotic untuk
mencegah infeksi.
·
Anjurkan pasien diet tinggi
protein, vitamin dan mineral.
Missed
abortion
·
bila kadar fibrinogen normal,
segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret taam.
·
Bila kadar fibrinogen rendah,
berikan fibrinogen kering arau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan
konsepsi.
·
Pada kehamlan kurang dari 12
minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu
dilakuka dilatasi serviks dengan dilatator hegar. Kemudian hasil kosepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
·
Pada kehamilan kurang dari 12
minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse oksitosin 10 IU dalam
deksrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai ada
kontaksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila
tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
·
Bila tinggi fundus uteri
sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan
garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus septic
Abortus septic harus dirujuk
ke rumah sakit.
Penanggulangan
infeksi
a.
Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuscular iap 12 jam
ditambah kloamfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
b.
Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metrodinazol 500 mg taip 6 jam.
c.
Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloroamfenikol, penisilin dan gentamisin.
·
Tingkatkan asupan cairan
·
Bila
perdarahan banyak, lakukan transfuse darah
·
Dalam 24 jam sampai 28 jam
setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bla terjadi perdarahan,
sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
2.9 Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan
Pada tahap
pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang
telah disusun dengan mengarahkan ke pencapaian tujuan dan semua tindakan dapat
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.
2.10 Penatalaksanaan aborsi
Proses Abortus dapat dibagi
atas 4 tahap :
1. Abortus Iminens
Penatalaksanaan
a.
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus
bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
b.
Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari
bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas
c.
Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif
mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
d.
Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30
mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
e.
Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f.
Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan
antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
2.
Abortus Insipiens
Penatalaksanaan :
a.
Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya
abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
b.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya
disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau
cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin
0,5 mg intramuskular.
c.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus
oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan
sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
3. Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan :
a.
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus
cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
b.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret
tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular
c.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih
tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
4.
Abortus Komplit
Penatalaksanaan :
a.
Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1
tablet selama 3 – 5 hari
b.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas
ferosus atau transfusi darah
c.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d.
Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan
mineral.
5. Abortus Abortion
Penatalaksaan :
Penatalaksaan :
a.
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan
jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
b.
Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen
kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
c.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan
pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi
serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam.
d.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan
dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5%
sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak
berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
e.
Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat,
keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri
melalui dinding perut.
6. Abortus Septik
a. Penanggulangan infeksi :
o Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000
IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya
500 mg peroral tiap 6 jam
o Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam
ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
o Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan
metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
b.
Tingkatkan asupan cairan
c.
Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
d.
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat
lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
Pada pasien yang menolak
dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak
dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
a. Rawat pasien di
ruangan khusus untuk kasus infeksi
b. Berikan antibiotik
intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
c. Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan
kebutuhan cairan
d. Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan
suhu badan
e. Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
f.
Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
g.
Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit,
golongan darah serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes
resistensi.
h.
Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil,
segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
i.
Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi
syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi,
ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas
BAB III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
Adapun hal hal yang perlu di kaji adalah :
1. Identitas
pasien
2. Riwyat
kesehatan
Ø
Keluhan utama:
Ø
kaji adanya menstruasi tidak
lancer dan adanya pendarahan pervagina
berulang
Ø Riwayat kesehatan:
·
Riwayat kesehatan sekarang
yaitu
Ø keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
·
Riwayat kesehatan masa lalu
Ø keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
·
Riwayat penyakit yang pernah
dialami:
·
Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
·
Riwayat kesehatan keluarga:
·
Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
·
Riwayat kesehatan reproduksi:
Ø Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya
·
Riwayat kehamilan , persalinan
dan nifas:
Ø Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
·
Riwayat pemakaian obat:
Ø Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
·
Pola aktivitas sehari-hari:
Ø Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
3. Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 :
39) meliputi :
Ø pemeriksaan umum
o
Keadaan umum tampak lemah
o
kesadaran menurun,
o
Perdarahan pervaginam, mungkin
disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
o
tanda-tanda vital :
Ø
tekanan darah normal atau menurun,
Ø
denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
Ø
suhu badan normal atau meningkat.
Ø
Pemeriksaan fisik
Ø Inspeksi:
o
mengobservasi kulit terhadap
warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Ø Palpasi :
o
Sentuhan : merasakan suatu
pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus.
o
Tekanan : menentukan karakter
nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
o
Pemeriksaan dalam : menentukan
tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
o
Pemeriksaan abdomen
o
Abdomen lunak,uterus dapat
teraba dan nyeri tekan yang hebat pada abdomen,menunjukan iritasi peritoneum
karena infeksi atau pendarahan intra abdomen.
Ø Auskultasi:
Ø Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
Ø Pemeriksaan laboratorium:
o
Darah dan urine serta
pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
o
Keluarga berencana : Kaji
mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi,
o
dan menggunakan KB jenis apa
3. 2 Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan b.d
Perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan
sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan
jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi b.d
perdarahan, kondisi vulva lembab
3.3
Intervensi
1. Devisit Volume Cairan b.d
Perdarahan
Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi
|
Rasional
|
1.kaji kondisi kasus hemodinamika
2. Ukur pengeluaran harian
|
Pengeluaran cairan
pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
Jumlah cairan ditentukan
dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang
pervaginal
|
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan
sirkulasi
Tujuan: Kllien dapat
melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat kemampuan klien
untuk beraktivitas
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap
kondisi uterus/kandungan
3. Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari
|
Mungkin klien tidak
mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk
menccegah kondisi klien lebih buruk
Aktivitas merangsang
peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
Mengistiratkan klilen secara
optimal
|
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan
jaringan intrauteri
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji kondisi nyeri yang
dialami
Klien
2. Terangkan nyeri yang diderita
klien
dan penyebabnya
3. Kolaborasi pemberian
analgetika
|
Pengukuran nilai ambang
nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi kolaborasi pemberian analgetika
Meningkatkan koping klien
dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
Mengurangi onset terjadinya
nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam
spectrum luas/spesifik
|
4. Resiko tinggi Infeksi b.d
perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji kondisi
keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
2. Terangkan pada klien
pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
3. Lakukan perawatan vulva
|
Perubahan
yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna
yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
Infeksi
dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
Inkubasi kuman pada area
genital yang relatif cepat dapat menyebabkan ineksi.
|
DAFTAR PUSTAKA
Monsjoer,arif.2001.kapita
selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.jakarta:media aesculapius.
Prawirohardjo,sarwono.2008.ilmu
kebidanan edisi keempat.jakarta:PT.bina pustaka
Prawirohardjo,sarwono.2007.ilmu
kebidanan edisi ketiga.jakarta:PT.bina pustaka
Wiknjosastro,hanifa.2005.ilmu
kandungan edisi 2.jakarta.yayasan bina pustaka. Mitayani.2009.Asuhan
Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika Wiknjosastro,hanifa
dkk.2006.pelayan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo.
Hidayat, Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi
Kebidanan.Jogyakarta:Nuha Medika
LAPORAN PENDAHULUAN “
ABORTUS “
DI
RUANG
POLI KEBIDANAN
RSUD KAYU AGUNG
2014
Disusun
Oleh :
MULYADI
Pembimbing
Ruangan
Muherli, SKM
Pembimbing
Klinik
ROMZA S.KEP
Pembimbing
Akademik
Ns.
Supratman, S.Kep
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullah wa barakatuh
Alhamdulillah
penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat dan hidayah-Nya
kita diberikan nikmat dan kesehatan hingga saat ini. Alhamdulillah penulis
dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan “ABORTUS”.
Dalam penulisan dan penyusunan kata-kata dalam tugas
ini mungkin masih banyak kekurangan, untuk itu penulis laporan mengharapkan
kritik dan saran. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada yang terhormat,
1. Bapak Muherly SKM
selaku pembimbing kepala ruangan
Instalasi rawat jalan RSUD Kayu Agung
2. Ibu Romza, S.Kep.selaku pembimbing klinik RSUD Kayu
Agung
3. Bapak Ns.Supratman,S.Kep. Selaku pembimbing Akademik
STIK Bina Husada Palembang.
Demikianlah
laporan ini saya buat kalau ada kesalahan saya minta maaf.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi wa barakatuh
Kayu Agung , 23 April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................ ... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ... ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................... ... 1
1.1 Latar balakang......................................................................... ... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................... ... 2
1.3 Tujuan...................................................................................... ... 2
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................ ... 3
2.1 Definisi.................................................................................... ... 3
2.2 Anatomi fisiologi..................................................................... ... 6
2.3 Etiologi.................................................................................... ... 9
2.4 Manifestasi klinis..................................................................... ... 9
2.5 Patofisiologi............................................................................. ... 10
2.6 Patoflow....................................................................................... 11
2.7
Pemeriksaaan penunjang.......................................................... ... 12
2.8
Penanganan medis................................................................... ... 12
2.9
Pelaksanaan asuhan keperawatan............................................ ... 14
2.10
Penatalaksanaan aborsi.......................................................... ... 14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAAN TEORITIS........ ... 17
3.1 Pengkajian................................................................................ ... 17
3.2 Diagnosa.................................................................................. ... 19
3.3 Intervensi................................................................................. ... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 22